A.
Judul
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK DIDIK TK
MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR DAN PERMAINAN KARTU KATA (Penelitian Tindakan
Kelas pada Anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis Tahun Ajaran 2009/2010)
B.
Nama Penulis
Siti Jenab, A.Ma.Pd
C.
Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran Membaca
Permulaan, Media Gambardan Permainan Kartu Kata
Pembelajaran kemampuan berbahasa di TK semestinya ditekankan pada
suasana pembelajaran yang lebih memungkinkan anak didik terlibat secara aktif
dan menyenangkan, sementara itu yang terjadi di TK tidak jarang aktivitas
pembelajaran masih mengadopsi pola-pola lama pembelajaran di sekolah-sekolah
dasar.Anak didik cenderung pasif.Untuk itu perlu adanya perubahan ke arah
pembelajaran yang memberikan kesempatan atau peluang kepada anak didik untuk
lebih aktif, berminat dan menyenangkan.Cara tersebut di tempuh dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan pembelajaran membaca permulaan
dengan media gambar dan permainan kartu kata secara klasikal maupun secara
kelompok dan dalam proses terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa. Untuk
mencapai tujuan itu dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu guru
kelompok B dan 23 Subjek anak didik TK. Sejahtera Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis.Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode kualitatif,
pengamatan/observasi dan dibantu alat perekam berupa kamera dan
handycam.Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus tindakan.Siklus pertama di
titik beratkan pada peningkatan partisipasi dan kemampuan membaca dalam
permainan mencocokkan kartu kata dengan gambar dan siklus kedua pada
peningkatan membaca. Setiap siklus terdiri atas tahapan : persiapan, tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca permulaan
dengan media gambar dan permainan kartu kata secara klasikal anak didik yang
pemalu cenderung pasif sehingga ketika guru memberi tugas anak didik untuk
mencocokan kartu kata dengan gambar anak didik tidak mau dan perhatian sebagian
anak didik kurang terfokus dalam pembelajaran ini dan kemampuan membacanya
masih didominasi oleh anak didik yang aktif.Dengan pembelajaran kemampuan
membaca permulaan melalui penggunaan media gambar dan permainan kartu kata
secara kelompok anak didik diajak untuk melakukan permainan mencocokkan kartu
kata dengan gambar dengan teman sendiri dan guru bertindak sebagai fasilitator
dan motivator.Kreativitas siswa, rasa malu anak didik dapat diatasi dan
kemampuan membaca anak didik meningkat serta suasana pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan.
D.
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama. Dalam rangka itu, pemerintah telah dan sedang
mengusahakan ke arah itu, termasuk salah satunya meningkatkan pendidikan usia
dini, seperti di taman kanak-kanak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1990 bahwa pendidikan taman kanak-kanak didik merupakan salah satu bentuk
pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah. Sebagai suatu
lembaga pendidikan pra-sekolah, taman kanak-kanak didik memiliki tugas utama,
yaitu mempersiapkan anak didik dengan cara memperkenalkan berbagai pengetahuan,
sikap dan perilaku, keterampilan dan iintelektual, agar dapat ketika memasuki
jenjang pendidikan berikutnya dapat beradaptasi dengan baik dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Pandangan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa taman
kanak-kanak didik adalah suatu lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik
yang tidak mengemban tanggung jawab membina kemampuan akademik anak, seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau
skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan sekolah dasar.
Alur pemikiran seperti di atas tidak selalu sejalan
dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan taman kanak-kanak didik dan
sekolah dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan
skolastik dari sekolah dasar ke taman kanak-kanak didik terjadi di mana-mana,
baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak sekolah dasar seringkali
mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”.Lembaga pendidikan
sekolah dasar seperti ini sering pula dianggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas
dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong
lembaga pendidikan taman kanak-kanak didik maupun orang tua berlomba
mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadopsi pola-pola
pembelajaran di sekolah dasar. Akibatnya, tidak jarang taman kanak-kanak didik tidak
lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain, sehingga taman kanak-kanak didik tidak lagi taman yang indah, tempat
bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “sekolah” taman kanak-kanak
didik dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya
terlihat pada penargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa
memasukkan anaknya ke sekolah dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di taman kanak-kanak
didik dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah
serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan taman kanak-kanak
didik sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai
kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi pada bidang pengembangan kemampuan
dasar, yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik,
dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan
menulis di taman kanak-kanak didik yang berlangsung sebagaimana digambarkan di
atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan
serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah
pembelajaran yang lebih memungkinkan anak didik terlibat secara aktif dan
menyenangkan.Hal itu salah satunya dapat dicapai melalui pembelajaran dengan menggunakan
media gambar.Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat
berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan
sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat, dan
sebagainya (Rachmat, 1994: 21).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar
mengajar, sebab mudah diperoleh, tidak mahal, efektif, serta menambah gairah pada
motivasi belajar anak.
Berdasarkan hasil refleksi awal terhadap proses dan hasil pembelajaran
membaca permulaan pada anak didik TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis menunjukkan adanya perbedaan dengan yang diharapkan. Kondisi
seperti ini dapat diketahui pada saat proses pembelajaran membaca permulaan
sedang berlangsung, anak didik kurang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
merasa senang mengikutinya. Itu sebabnya, hasil pembelajaran yang diperoleh
masing-masing anak didik kurang mencapai target yang diinginkan. Salah satu
faktor penyebab kekurangberartian proses dan hasil pembelajaran membaca
permulaan yang telah berlangsung ini, yaitu kurang ditopang oleh media yang
berfungsi memediasi timbulnya karakter anak didik menjadi aktif, kreatif,inovatif,
belajar secara efektif, dan merasa senang. Masalah ini tidak baik jika terus
dibiarkan oleh guru yang bertanggung jawab secara langsung terhadap proses
pembelajaran tersebut. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk
mengadakan perbaikan pembelajaran membaca permulaan pada anak didik binaan
dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
b. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang diajukan dalam
penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah penggunaan media gambar dan permainan kartu kata untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
2. Apakah
kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok
B TK. Harapan, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, meningkat setelah digunakan
media gambar dan kartu kata?
- Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa
tujuan, sesuai dengan pokok persoalan yang dirumuskan, yaitu untuk:
1. mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah
penggunaan media gambar dan permainan kartu kata untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis;
2. mengetahui dan mendeskripsikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan
Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, meningkat setelah digunakan
media gambar dan kartu kata.
- Cara Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah seperti telah diuraikan pada
latar belakang di atas akan digunakan media gambar dan kartu kata. Upaya ini
ditempuh dengan dasar pertimbangan bahwa penggunaan media gambar dan permainan
kartu kata akan merangsang semangat
belajar anak, serta tidak sulit diupayakan dan diperagakan untuk memediasi
proses pembelajaran membaca permulaan pada anak didik binaan.
E. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan
a. Perkembangan Kemampuan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak
didik untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya.Anak-anak
didik yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki
kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan
interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi
oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang
memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman
(mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan
berbahasa anak didik ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1. Mampu
menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2. Memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan
kata sambung.
3. Menunjukkan
pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4. Mampu
menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat
sederhana.
5. Mampu
membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh
berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang
berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti
(boneka, mobil mainan, dan sebagainya).Mencoret-coret buku atau dinding dan
menceritakan sesuatu yang fantastik.Gejala-gejala ini merupakan pertanda
munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency).Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan
berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepdikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak
didik berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.
Tahap Fantasi
(Magical Stage)
Pada tahap ini anak didik mulai belajar menggunakan
buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku
dan kadang-kadang anak didik membawa buku kesukaannya.Pada tahap pertama, guru
dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca,
membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2.
Tahap
Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Anak didik memandang dirinya sebagai pembaca, dan
mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi
makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa
buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan
rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan
akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga
hendaknya melibatkan anak didik membacakan buku.
3.
Tahap
Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Pada tahap ini anak didik menjadi sadar pada cetakan
yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan
kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita
yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang
dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada
anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan
kesempatan sesering mungkin.
4.
Tahap Pengenalan
Bacaan (Take-off Reader Stage)
Anak didik mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama.Anak
didik tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya,
berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda
seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu
pada anak-anak didik sehingga mendorong anak didik membaca suatu pada berbagai
situasi.Orang tua dan guru jangan memaksa anak didik membaca huruf secara
sempurna.
5.
Tahap
Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Pada tahap ini anak didik dapat
membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas.Menyusun pengertian dari
tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan
bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman
anak didik semakin mudah dibaca (Depdiknas, 2000 : 7 – 8).
Untuk memberikan rangsangan
positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak didik diatas
maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan
(termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai
aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar
berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
b. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman
Kanak-Kanak didik
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru
perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum yang
berlaku saat ini di Taman Kanak-Kanak.Kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan
dikelompokkan agar memudahkan guru yang diidentifikasi dari berbagai bentuk
kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan berbahasa dalam kurikulum TK berorientasi KTSP disusun dan
dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut.
1.
Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak didik untuk dapat
menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak didik mengangkap isi pesan
dari orang lain secara benar
2.
Kemampuan Melihat dan Memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan
mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan.Kemampuan ini berkaitan
dengan bentuk kesanggupan anak didik melihat sesuatu benda atau peristiwa serta
membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.
3.
Kamampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak didik berkomunikasi secara
lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak
didik menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian
pembicaraan secara berstruktur.
4.
Membaca Gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak didik membaca sesuatu
menggunakan gambar.Kemampuan ini sebagai tahap awal dalam membaca permulaan,
indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
1.
Membuat gambar dan menceritakan
isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau
kata. (Bhs. 11)
2.
Bercerita tentang gambar yang
disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
3.
Mengurutkan dan menceritakan isi
gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
4.
Membaca buku untuk bergambar yang
memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan
beberapa kata yang dikenalnya.
5.
Menghubungkan dan menyebutkan
tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)
Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang
akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang
cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak(Depdiknas,
2007 :31)
c.
Media Gambar
Media
gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan
prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia,
benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya (Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam
proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh, tidak mahal, dan efektif. Di
dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat
dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang
dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan anak didik sehingga terjadi
proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai
sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan, media pembelajaran juga
berfungsi mempermudah anak didik untuk belajar.
d.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “Terdapat
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak
didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis, meningkat setelah digunakan media gambar dan kartu kata”. Hipotesis
tersebut merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan penelitian yang
kebenarannya harus dibuktikan melalui data empiris dari lapangan.
F. Metodologi Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Anak
Kelompok B TK Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun
Pelajaran 2009/2010, yang terdiri atas 15 anak perempuan dan 11 anak laki-laki.
Pemilihan subjek tersebut dilakukan untuk memperbaiki proses belajar anak dalam
pembelajaran membaca permulaan, agar setelah mendapatkan perlakuan (treatement) yang diupayakan, mengalami
peningkatan kemampuannya dalam menyimak pesan singkat.
b.
Metode dan Desain Penelitian
a)
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan
metode penelitian tindakan kelas (action
research classroom). Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2009: 221) “Penelitian
tindakan kelas merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik
pembelajaran untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak
nyata dari situasi.Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian
refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi social
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka,
serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktik-praktik ini”.
b)
Desain
Penelitian
Penelitian tindakan
kelas dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak pesan singkat melalui
penggunaan teknik simak berantai ini,
direncanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya didesain
berdasarkan model Elliot. Adapun tahap penerapannya, seperti pada gambar berikut.
Ide awal
|
Temuan analisis
|
Perencanaan umum siklus 1
Tindakan 1,2,3
|
Monitoring implementasi dan efeknya
|
Implementasi siklus 1 tindakan 1,2 dan 3
|
Perbaikan
perencanaan
|
Monitoring Implementasi dan Efek
|
Implementasi
siklus II tindakan 1,2 dan 3
|
Revisi
perencanaan umum
|
Penjeasan kegagalan implementasi
|
Perbaikan
Perencanaan
|
Impelmentasi
siklus III tindakan 1,2 dan 3
|
Monitoring
Implementasi dan Efek
|
c)
Teknik Pengumpulan
Data dan Analisis Data
1.
Teknik Pengumpulan
Data
Ada beberapa
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, seperti dijelaskan
berikut.
1)
Teknik Observasi
Teknik observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data
aktivitas kemampuan anak selama mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan
yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
2)
Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data keterangan sehubungan
dengan apa yang dirasakan anak selama mengikuti proses pembelajaran membaca
permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
3)
Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan menyimak pesan
singkat pada anak setelahnya mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan
yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
4)
Teknik
Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapat data berupa dokumen-dokumen
penting terkait dengan proses pembelajaran membaca permulaan yang disajikan
dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
2.
Teknik Analisis
Data
Data yang berhasil dikumpulkan melalui berbagai
teknik dan instrumen yang digunakan, dianalisis secara deskritif dengan
menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaranmembaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan
kartu kata.
G.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil Penelitian Siklus I
1. Persiapan
Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran membaca
permulaan dengan mengunakan media gambar dan permainan kartu kata, melaksanakan
observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter anak didik sebelum melaksanakan
pembelajaran membaca permulaan dengan indikator kemampuan, yaitu menghubungkan
dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya (bahasa
16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada anak didik dapat
berupa tugas perorangan maupun kelompok.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I ditempuh secara
klasifikal dan kelompok :
1)
Pada kegiatan
awal pembelajaran guru meminta satu anak didik untuk menceritakan kejadian atau
peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak
melalui kegiatan berbagi dan bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada anak
didik apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
2)
Guru mengajakanak
didik untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan
benda-benda yang dibutuhkan anak didik saat sekolah.
3)
Guru
mengajarkan membaca dengan media gambar dan permainan kartu kata dengan caramenghubungkannya
atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak didik membaca
kartu kata tersebut.
4)
Setiap anak
didik diberi tugas untuk mencocokkan gambar dengan kartu kata yang ditunjukkan
guru secara acak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.
3. Observasi
1)
Pada waktu anak
didik bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari rumah ke
Taman Kanak-Kanak, semua anak didik nampak memperhatikan dan sekali-kali
menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
2)
Waktu guru
menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekolah, anak didik dapat
menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi,
sepatu.
3)
Pada saat anak
didik diminta membaca kartu kata itu, beberapa anak didik dapat membaca dengan
benar.
4)
Untuk tugas
menghubungkan gambar dengan kartu kata, anak didik dapat mencocokan kata dengan
benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa anak didik yang
tidak mau melaksanakan permainan tersebut.
4. Analisis
dan Refleksi
1.
Pada waktu kegiatan
berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan
pengalaman bermanfaat bagi anak didik untuk menyampaikan sesuatu dengan
bahasanya sendiri.
2.
Pada waktu guru
meminta membaca kartu kata yang diikuti gambar, ada beberapa anak didik membaca
dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
3.
Karena media
gambar dan kartu kata, semua anak didik nampak semangat terlihat dalam kegiatan
ini.
4.
Setelah anak
didik bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada
beberapa anak didik tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu.
Guru mendekati dan mengajak anak didik tersebut menghubungkan kartu kata dengan
gambar yang disediakan.
b.
Hasil Penelitian Siklus II
Kegiatan pada siklus II merupakan tindak lanjut dari
kegiatan pada siklus I. Dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada anak didik
tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu
permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan
kepada anak didik untuk melakukan permainan secara kelompok.Kesempatan tersebut
mendapat respon yang baik dari siswa.Hal ini terlihat dari minat anak didik
untuk melakukan permainan ini secara kelompok dan anak didik begitu mudah
mencocokan antara kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu
kata.
Hasil tindakan pada siklus II ini diperoleh suatu
perubahan, ternyata anak didik ada peningkatan kemampuan membaca kartu kata setelah
terlibat dalam permainan belajar secara kelompok.
c.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B di TK. Harapan
Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis melalui penggunaan media
gambar dan permainan kartu kata terlihat
bahwa pengalaman belajar melalui permainan, anak didik menjadi termotivasi
untuk berkembang dan berkreasi. Anak didik cenderung lebih semangat belajar
membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan
dengan metode sintesa (montessoni)
permainan membaca dilakukan dengan mengunakan
bantuan gambar pada setiap
memperkenalkan huruf atau kata, misalnya disertai gambar ayam, atau apel.
Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas anak didik diatas menunjukkan
bahwa sebenarnya anak didik mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca
dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif
menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih
menarik dan menyenangkan anak.
25
|
H.
Kesimpulan
Dari hasil-hasil
penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca)
dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Pembelajaran membaca
permulaan dengan menggunakan media gambar dan permaianan kartu kata lebih
meningkatkan kualitas proses dan hasil membaca pada anak Kelompok B TK. Harapan
Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2.
Penggunaan
media gambar dan permainan kartu kata membuat kegiatan pembelajaran membaca
permulaan pada anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamislebih menyenang anak didik untuk terlibat secara aktif,
kreatif, dan inovatif.
3.
Tingkat
penguasaan anak terhadap materi pembelajaran membaca permulaan tercapai setelah
siklus II > 80%.Hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan anak
didik dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.
I.
Daftar Pustaka
Dekdikbud, 1997.Media
Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Malang
Depdiknas 2000.Permainan
Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Kurikulum
2004 Taman Kanak-Kanak didik dan Roudlatul Athfal. Jakarta
Harti Kartini Dkk, 2003.Peningkatan Kemampuan Bertanya Anak didik SD Dalam Pembelajaran IPA
Melalui Penerapan Model Interaktif
Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A
UM 2004
Nurani Musta’in, 2004. Anak didik Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah.
Wina Sanjaya, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Jakarta.Penerbit Kencana Prenada Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar