Kamis, 17 Oktober 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK DIDIK TK MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR DAN PERMAINAN KARTU KATA (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2009/2010)




A.    Judul
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK DIDIK TK MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR DAN PERMAINAN KARTU KATA (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2009/2010)
B.     Nama Penulis
Siti Jenab, A.Ma.Pd
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran Membaca Permulaan, Media Gambardan Permainan Kartu Kata
Pembelajaran kemampuan berbahasa di TK semestinya ditekankan pada suasana pembelajaran yang lebih memungkinkan anak didik terlibat secara aktif dan menyenangkan, sementara itu yang terjadi di TK tidak jarang aktivitas pembelajaran masih mengadopsi pola-pola lama pembelajaran di sekolah-sekolah dasar.Anak didik cenderung pasif.Untuk itu perlu adanya perubahan ke arah pembelajaran yang memberikan kesempatan atau peluang kepada anak didik untuk lebih aktif, berminat dan menyenangkan.Cara tersebut di tempuh dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan pembelajaran membaca permulaan dengan media gambar dan permainan kartu kata secara klasikal maupun secara kelompok dan dalam proses terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa. Untuk mencapai tujuan itu dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu guru kelompok B dan 23 Subjek anak didik TK. Sejahtera Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode kualitatif, pengamatan/observasi dan dibantu alat perekam berupa kamera dan handycam.Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus tindakan.Siklus pertama di titik beratkan pada peningkatan partisipasi dan kemampuan membaca dalam permainan mencocokkan kartu kata dengan gambar dan siklus kedua pada peningkatan membaca. Setiap siklus terdiri atas tahapan : persiapan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan media gambar dan permainan kartu kata secara klasikal anak didik yang pemalu cenderung pasif sehingga ketika guru memberi tugas anak didik untuk mencocokan kartu kata dengan gambar anak didik tidak mau dan perhatian sebagian anak didik kurang terfokus dalam pembelajaran ini dan kemampuan membacanya masih didominasi oleh anak didik yang aktif.Dengan pembelajaran kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan media gambar dan permainan kartu kata secara kelompok anak didik diajak untuk melakukan permainan mencocokkan kartu kata dengan gambar dengan teman sendiri dan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.Kreativitas siswa, rasa malu anak didik dapat diatasi dan kemampuan membaca anak didik meningkat serta suasana pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

D.    Pendahuluan

a.      Latar Belakang

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Dalam rangka itu, pemerintah telah dan sedang mengusahakan ke arah itu, termasuk salah satunya meningkatkan pendidikan usia dini, seperti di taman kanak-kanak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 bahwa pendidikan taman kanak-kanak didik merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah. Sebagai suatu lembaga pendidikan pra-sekolah, taman kanak-kanak didik memiliki tugas utama, yaitu mempersiapkan anak didik dengan cara memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap dan perilaku, keterampilan dan iintelektual, agar dapat ketika memasuki jenjang pendidikan berikutnya dapat beradaptasi dengan baik dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pandangan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa taman kanak-kanak didik adalah suatu lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik yang tidak mengemban tanggung jawab membina kemampuan akademik anak, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan sekolah dasar.
Alur pemikiran seperti di atas tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan taman kanak-kanak didik dan sekolah dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan skolastik dari sekolah dasar ke taman kanak-kanak didik terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak sekolah dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”.Lembaga pendidikan sekolah dasar seperti ini sering pula dianggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan taman kanak-kanak didik maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadopsi pola-pola pembelajaran di sekolah dasar. Akibatnya, tidak jarang taman kanak-kanak didik tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga taman kanak-kanak didik tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “sekolah” taman kanak-kanak didik dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada penargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke sekolah dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di taman kanak-kanak didik dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan taman kanak-kanak didik sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi pada bidang pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik, dan seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di taman kanak-kanak didik yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan anak didik terlibat secara aktif dan menyenangkan.Hal itu salah satunya dapat dicapai melalui pembelajaran dengan menggunakan media gambar.Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat, dan sebagainya (Rachmat, 1994: 21).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh, tidak mahal, efektif, serta menambah gairah pada motivasi belajar anak.
Berdasarkan hasil refleksi awal terhadap proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis menunjukkan adanya perbedaan dengan yang diharapkan. Kondisi seperti ini dapat diketahui pada saat proses pembelajaran membaca permulaan sedang berlangsung, anak didik kurang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan merasa senang mengikutinya. Itu sebabnya, hasil pembelajaran yang diperoleh masing-masing anak didik kurang mencapai target yang diinginkan. Salah satu faktor penyebab kekurangberartian proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan yang telah berlangsung ini, yaitu kurang ditopang oleh media yang berfungsi memediasi timbulnya karakter anak didik menjadi aktif, kreatif,inovatif, belajar secara efektif, dan merasa senang. Masalah ini tidak baik jika terus dibiarkan oleh guru yang bertanggung jawab secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan perbaikan pembelajaran membaca permulaan pada anak didik binaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.

b.      Rumusan Masalah

Pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah penggunaan media gambar dan permainan kartu kata  untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
2.      Apakah kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok B TK. Harapan, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, meningkat setelah digunakan media gambar dan kartu kata?
  1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan, sesuai dengan pokok persoalan yang dirumuskan, yaitu untuk:
1.      mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan media gambar dan permainan kartu kata  untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis;
2.      mengetahui dan mendeskripsikan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, meningkat setelah digunakan media gambar dan kartu kata.
  1. Cara Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah seperti telah diuraikan pada latar belakang di atas akan digunakan media gambar dan kartu kata. Upaya ini ditempuh dengan dasar pertimbangan bahwa penggunaan media gambar dan permainan kartu kata  akan merangsang semangat belajar anak, serta tidak sulit diupayakan dan diperagakan untuk memediasi proses pembelajaran membaca permulaan pada anak didik binaan.


E.     Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan

a.      Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak didik untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya.Anak-anak didik yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak didik ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1.      Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.      Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
3.      Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.      Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5.      Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya).Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik.Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency).Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepdikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak didik berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Tahap Fantasi (Magical Stage)
Pada tahap ini anak didik mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak didik membawa buku kesukaannya.Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2.      Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Anak didik memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak didik membacakan buku.
3.      Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Pada tahap ini anak didik menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.
4.      Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)
Anak didik mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama.Anak didik tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak didik sehingga mendorong anak didik membaca suatu pada berbagai situasi.Orang tua dan guru jangan memaksa anak didik membaca huruf secara sempurna.
5.      Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Pada tahap ini anak didik dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas.Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak didik semakin mudah dibaca (Depdiknas, 2000 : 7 – 8).
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak didik diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
b.   Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak didik
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum yang berlaku saat ini di Taman Kanak-Kanak.Kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang diidentifikasi dari berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan berbahasa dalam kurikulum TK berorientasi KTSP disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut.
1.      Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak didik untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak didik mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar
2.      Kemampuan Melihat dan Memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan.Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak didik melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.

3.      Kamampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak didik berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak didik menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.
4.      Membaca Gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak didik membaca sesuatu menggunakan gambar.Kemampuan ini sebagai tahap awal dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
1.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
2.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
3.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14)
4.         Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya.
5.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)
Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak(Depdiknas, 2007 :31)

c.       Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya (Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh, tidak mahal, dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan anak didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan, media pembelajaran juga berfungsi mempermudah anak didik untuk belajar.
d.      Hipotesis Tindakan
        Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “Terdapat peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, meningkat setelah digunakan media gambar dan kartu kata”. Hipotesis tersebut merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan penelitian yang kebenarannya harus dibuktikan melalui data empiris dari lapangan.

F.  Metodologi Penelitian
a.   Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Anak Kelompok B TK Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, yang terdiri atas 15 anak perempuan dan 11 anak laki-laki. Pemilihan subjek tersebut dilakukan untuk memperbaiki proses belajar anak dalam pembelajaran membaca permulaan, agar setelah mendapatkan perlakuan (treatement) yang diupayakan, mengalami peningkatan kemampuannya dalam menyimak pesan singkat. 
b.      Metode dan Desain Penelitian
a)      Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian tindakan kelas (action research classroom). Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2009: 221) “Penelitian tindakan kelas merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik pembelajaran untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik ini”.
b)     Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak pesan singkat melalui penggunaan teknik simak berantai ini,  direncanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya didesain berdasarkan model Elliot. Adapun tahap penerapannya, seperti pada gambar berikut.






Ide awal
Temuan analisis
Perencanaan umum siklus 1
Tindakan 1,2,3
Monitoring implementasi dan efeknya
Implementasi siklus 1 tindakan 1,2 dan 3
Perbaikan perencanaan
Monitoring Implementasi dan Efek
Implementasi siklus II tindakan 1,2 dan 3
Revisi perencanaan umum
Penjeasan kegagalan implementasi
Perbaikan Perencanaan
Impelmentasi siklus III tindakan 1,2 dan 3
Monitoring Implementasi dan Efek

 


















c)      Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1.      Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, seperti dijelaskan berikut.
1)      Teknik Observasi
       Teknik observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data aktivitas kemampuan anak selama mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
2)      Teknik Wawancara
       Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data keterangan sehubungan dengan apa yang dirasakan anak selama mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata. 
3)      Teknik Tes
       Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan menyimak pesan singkat pada anak setelahnya mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.
4)      Teknik Dokumentasi
        Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapat data berupa dokumen-dokumen penting terkait dengan proses pembelajaran membaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata. 

2.      Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan melalui berbagai teknik dan instrumen yang digunakan, dianalisis secara deskritif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaranmembaca permulaan yang disajikan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata.

G.       Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian Siklus I
1.      Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat rancangan pembelajaran membaca permulaan dengan mengunakan media gambar dan permainan kartu kata, melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter anak didik sebelum melaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan indikator kemampuan, yaitu menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada anak didik dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I ditempuh secara klasifikal dan kelompok :
1)      Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu anak didik untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dan bertanya. Dari cerita ini, guru menanyakan pada anak didik apa saja yang dapat diperoleh dari cerita tersebut.
2)      Guru mengajakanak didik untuk mengamati benda-benda disekitar kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak didik saat sekolah.
3)      Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan permainan kartu kata dengan caramenghubungkannya atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak didik membaca kartu kata tersebut.
4)      Setiap anak didik diberi tugas untuk mencocokkan gambar dengan kartu kata yang ditunjukkan guru secara acak dan diminta untuk membaca kartu kata itu.
3.      Observasi
1)      Pada waktu anak didik bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua anak didik nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang diceritakan temannya.
2)      Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekolah, anak didik dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
3)      Pada saat anak didik diminta membaca kartu kata itu, beberapa anak didik dapat membaca dengan benar.
4)      Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, anak didik dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa anak didik yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.
4.      Analisis dan Refleksi
1.      Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak didik untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
2.      Pada waktu guru meminta membaca kartu kata yang diikuti gambar, ada beberapa anak didik membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa.
3.      Karena media gambar dan kartu kata, semua anak didik nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
4.      Setelah anak didik bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak didik tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu. Guru mendekati dan mengajak anak didik tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.
b.      Hasil Penelitian Siklus II
Kegiatan pada siklus II merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada siklus I. Dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada anak didik tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk melakukan permainan secara kelompok.Kesempatan tersebut mendapat respon yang baik dari siswa.Hal ini terlihat dari minat anak didik untuk melakukan permainan ini secara kelompok dan anak didik begitu mudah mencocokan antara kartu kata dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus II ini diperoleh suatu perubahan, ternyata anak didik ada peningkatan kemampuan membaca kartu kata setelah terlibat dalam permainan belajar secara kelompok.
c.       Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis melalui penggunaan media gambar dan permainan kartu kata  terlihat bahwa pengalaman belajar melalui permainan, anak didik menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Anak didik cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan  bantuan  gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas anak didik diatas menunjukkan bahwa sebenarnya anak didik mempunyai kemampuanlebih dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan  menyenangkan anak.
25
H.       Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan permaianan kartu kata lebih meningkatkan kualitas proses dan hasil membaca pada anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2.      Penggunaan media gambar dan permainan kartu kata membuat kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamislebih menyenang anak didik untuk terlibat secara aktif, kreatif, dan inovatif.
3.      Tingkat penguasaan anak terhadap materi pembelajaran membaca permulaan tercapai setelah siklus II > 80%.Hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan anak didik dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang tersedia.

I.          Daftar Pustaka
Dekdikbud, 1997.Media Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang
Depdiknas 2000.Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak didik dan Roudlatul Athfal. Jakarta
Harti Kartini Dkk, 2003.Peningkatan Kemampuan Bertanya Anak didik SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Model Interaktif
Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A UM 2004
Nurani Musta’in, 2004. Anak didik Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah.
Wina Sanjaya, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta.Penerbit Kencana Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar