A. Judul
UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI PENGGUNAAN ALAT
PERMAINAN EDUKATIF(Penelitian
Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B di TK. Harapan Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011)
B. Nama Penulis
Siti Jenab,
A.Ma.Pd
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata
Kunci :Minat Belajar, Alat Permainan Edukatif (APE) dalam bentuk Media Puzzle.
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan berdasarkan, suasana belajar
pada proses pembelajaran dalam rangka meningkatakan minat belajar anak TK.
Sejahtera Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, dapat diketahui bahwa hasil
pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar yang
ditentukan sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II, berdasarkan hasil
penelitian siklus II diketahui bahwa terdapat 15 anak atau 73,33% dari jumlah
anak yang masuk dalam kategori baik dalam memasang puzzle, sedangkan yang masuk
dalam kategori cukup sebanyak 5 anak atau 26,67% dan masuk dalam kategori
kurang (0,00 %).
Untuk aktivitas guru
dalam rangka meningkatkan minat belajar anak dalam pembelajaran juga mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dalam upaya guru dalam pembelajaran memasang
puzzle seperti menyiapkan alat peraga, memberikan motivasi, membagi kelompok
belajar, member tuigas kepada anak, menyuimpulkan hasil pembelajaran, member
pujian atau penghargaan bagi anak, keterampilan dalam menggunakan alat peraga
dan pengolahan waktu.
Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada siklus I dilakukan perbaikan tindakan, sehingga diperoleh hasil
pada siklus II yang menunjukan adanya peningkatan hampir setiap aspek yang
diamati.
Diakhir penelitian ini,
selain memberikan beberapa kesimpulan juga dapat memberikan beberapa saran
kepada :
-
guru, hendaknya dapat menggunakan Alat Peraga Edukatif
(APE) sebagai strategi pembelajaran dalam rangka peningkatan minat belajar anak
juga kompetensi bidang pembelajaran yang lainnya.
-
Kepala TK, hendaknya dapat mendukung penyelenggraan pembelajaran dengan pemanfaatan Alat peraga
Edukatif (APE) atau bentuk inovasi lainnya.
-
Komite Sekolah, hendaknya dapat membantu menyiapkan
fasilitas yang dibutuhkan dalam peningkatan pembelajaran melalui inovasi guru.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan merupakan
salah satu program pemerintah yang dilaksanakan dengan berbagai macam
upaya.Dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut khususnya perbaikan
kurikulum, pelatihan guru,penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yakni sarana
bermain bagi anak TK.
Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu
bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun.
Pentingnya pendidikan taman kanak-kanak
karena melalui usaha ini dapat membantu anak didik dalam mengembangkan potensi
,minat,keterampilan, kemampuan pada dirinya sebagai modal dasar agar siap
memasuki pendidikan selanjutnya.
Dalam rangka meningkatkan minat belajar
anak,peran pendidik (guru) sangat diperlukan
sebagai upayameningkatkan program pembelajaran TK dengan melaksanakan berbagai
macam pengajaran yang salah satunya adalah pendekatan belajar sambil bermain sesuai
dengan prinsip TK yaitu " bermain sambil belajar dan belajar seraya
bermain ", hal ini merupakan cara yang paling efektif karena dengan
bermain anak dapat mengembangkan berbagai kreativitas,melalui beragam Alat
Permainan Edukatif (APE) yang sengaja dirancang berbeda dengan permainan pada
umumnya yang ada ditoko-toko, memiliki ciri khas yang disesuaikan dengan
karakteristik dan usia anak TK. Diantaranya jenis permainan "PUZZLE"
sesuai dengan pernyataan seorang ahli pendidikan "Brunner" (1990:9) yang
menyatakan bahwa sebenarnya program pendidikan Anak Usia Dini ditujukan dalam
alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia.
Melalui Alat Permainan Edukatif (APE)
diharapkan agar proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan sehingga
anak betah,tidak merasa bosan dan fokus dalam belajar.Walaupun telah diketahui bahwa Alat Permainan Edukatif
(APE) sangat menunjang bagi terlaksananya proses belajar yang efektif namun
masih banyak sekolah belum menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) secara
maksimal dalam proses pembelajaran.
Untuk itulah guru TK dituntut untuk
terus mengali, menambah dan meningkatkanpengetahuan serta keterampilannya.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru TK ini akan berpengaruh terhadap
kemampuan guru TK dalam melaksanakan proses pembelajaran di taman kanak-kanak
sehingga pencapaian tujuan pembelajaran di TK yaitu untuk meletakan dasar-dasar
pengembangan kemampuan fisik, bahasa, social emosional, konsep diri, seni dan
nilai-nilai agama sehingga upaya pengembangananak tercapai secara optimal.
Usia dini merupakan usia emas untuk menyerap
berbagai informasi. Namun orang tua dan tenaga pendidik harus memberikan materi
yang dekat dengan kehidupan dan lingkungan anak yang terefleksi dalam kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan.Pertumbuhan dan perkembangan Taman Kanak-kanak
saat ini sangat menggembirakan.Hal ini terlihat semakin banyaknya lembaga
pendidikan tersebut, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Demikianlah halnya dengan proses
pembelajaran di TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis berdasarkan
pengamatan penulis, masih ada guru TK yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode kurang tepat dan mengelola pembelajaran secara monoton dan tidak
bervariasi atau tidak digunakanya alat peraga dalam pembelajaran, yang pada
akhirnya mempengaruhi minat belajar anak.
Untuk menumbuhkan minat belajar anak,
peneliti akan menerapkan suatu tindakan dalam bentukpenggunaan media Alat
Permainan Edukatif (APE) berupa Puzzle.
Alat Permainan Edukatif (APE) disiapkanoleh guru sesuai dengan kebutuhan pokok
bahasan yang akan diajarkan pada anak.
Pengunaan Alat Permainan Edukatif(APE)
dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran baik secara individu ataupun secara kelompok. Permainan merupakan
suatu alat yang disenangi anak mempunyai daya tarik bagi anak baik bentuk,
ukuran dan warna selain itu aman dan tidak membahayakan, dapat membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu anak, memotifasi anak untuk berpikir kritis menemukan
hal-hal yang baru untuk mencapai hasil belajar yang baik.
b. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini
dirumuskan melalui dua pertanyaan berikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah menggunakan Alat Permainan
Edukatif (APE) dalam bentuk Puzlleuntuk
meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
2.
Apakah penggunaan Alat Permainan Edukatif dalam bentuk Puzzle dapat meningkatkan minat belajar
anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis?
c. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian
ini dapat ditentukan, yaitu:
1.
Untuk meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada
TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Alat Permainan
Edukatif (APE) dalam bentuk Puzzle
dalam upaya meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan
Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
3.
Untuk memperoleh suatu bentuk alat permainan guna
melengkapi alat permainan yang sudah ada di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Ciamis.
4.
Untuk
meningkatkan kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan alat
permainan untuk dijadikan media belajar anak didik yang dipandang mampu
meningkatkan minat belajarnya.
E. Kajian Pustaka
a. Minat Balajar
Minat belajar terdiri dari dua kata Minat dan
Belajar, untuk mendapatkan kejelasan dari kedua kata tersebut, sebaiknya
penulis jabarkan secara terpisah antara Minat dan Belajar.
1. Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenal
beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa senang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
Secara bahasa, minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang
relatif menetap pada diri seseorang sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat banyak dikemukakan oleh para
ahli diantaranya oleh Sukardi ( 1984 :
46 ) berpendapat bahwa minat adalah
sesuatu suatu perangkat mental yang terdiri dari perasaan, harapan, prasangka,
cemas, takut, dan kecenderungan – kecenderungan lain. Minat sangat besar pengaruhnya dalam
mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan,jabatan dan karir tidak akan mungkin
orang yang tidak berminat akan suatu pekerjaan tersebut dengan baik.
Slameto (dalam Darwan, 2007) yang
menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.Minat pada hakekatnya adalah penerimaan
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya semakin kuat atau
semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya.
Selanjutnya Hurlock (1993: 114) mengatakn
bahwa : suatu "minat"sebagai
sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan
keberadaan pribadinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkanmereka merasa berminat. Ini kemudian
mendatangkan kepuasan bila kepuasan berkurang minatpun berkurang.
Jadi minat merupakan perangkat mental
yang menggerakkan individu dalam memilih sesuatu.Timbulnya minat terhadap suatu
objek ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik. Jadi boleh
dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan
merasa senang atau tertarik terhadap objek yang diminati tersebut.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah usaha (berlatih) dan
sebagai upaya mendapatkan kepandaian, sedangkan menurut istilah yang dipaparkan
para ahli diantaranya oleh Fauzi (2004) yang mengemukakan belajar adalah suatu
proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan
reaksi atas situasi yang terjadi. Kemudian Whittaker,(dalam Djamarah 2002 : 11)
mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah menjadi
pengalaman. Selanjutnya Sudjana mengatakan bahwa "belajar adalah proses
yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan.Proses tersebut
melalui berbagai pengalaman belajar adalah proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu ".
Dari beberapa pengertian belajar yang
telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan
latihan.Perubahan tingkah laku tersebut baik dari aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), maupun sikapnya (efektif).
Dari pengertian minat dan pengertian
belajar seperti diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
suatu kegiatan atau kemauan seperti perhatian dan keaktifan yang disengaja
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
sikap dan keterampilan .
3. Unsur-unsur Minat
1) Perhatian
Perhatian adalah sangat penting dalam mengikuiti kegiatan
dengan baik, dalam hal ini akan
berpengaruh pula terhadap minat anak dalam belajar. Menuru Sumadi
Suryabrata perhatian adalah banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan
Aktivitas yang disertai dengan
perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinyapun akan lebih tinggi, maka
dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian
anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang
diajarkan.
2) Perasaan
Perasaan didefenisikan sebagai gejala
psikis yang bersifat subjektif pada umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf .
Tiap aktivitas dan pengalaman yang
dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun
perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi artinya
perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau
memikirkan sendiri.
Yang dimaksud dengan perasaan disini adalah
perasaan senang dan perasaan tertarik.Perasaan merupakan aktivitas psikis
perasaan sebagai faktor psikis non intelektual yang khusus berpengaruh pada
semangat belajar.
Jika seorang anak mendapat penilaian
yang layak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar disekolah,
dan itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang
dihatinya akan tetapi jika penilaian negatif maka timbul perasaan tidak senang.
3) Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.
Seseorang melakukan aktivitas belajar
karena ada yang mendorong.Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya
yang mendorong seseorang untuk belajar.Dan minat merupakan potensi psikologi
yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah
termotivasi untuk belajar maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentetan waktu tertentu.
Jadi motivasi merupakan dasar penggerak
yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap
seseuatu objek karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
b. Alat Permainan Edukatif ( APE )
Alat Permainan Edukatif (APE) ialah semua alat yang
digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan bermainnya yang dirancang secara khusus
disesuaikan dengan rentang usia anak dimana setiap alat permainan dapat
difungsikan secara multi guna untuk mengembangkan aspek – aspek perkembangan,yakni
:
1. Aspek
fisik motorik
2. Emosi
3. Sosial
4. Bahasa
5. Kognitif
dan moral
Menurut Sugianto (1995 : 62) alat
permainan dapat dikategorikan sebagai Alat Permainan Edukatif jika memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Ditujukan untuk anak usia dini
2.
Berfungsi untuk mengembangkan aspek-aspek pengembangan
anak
3.
Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan
bermacam-macam tujuan aspek pengembangan.
4.
Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas
5.
Bersifat kontraktif ada sesuatu yang dihasilkan
6.
Mengandung nilai pendidikan.
Jadi Alat Permainan Edukatif (APE) untuk
anak TK selalu dirancang dengan pemikiran yang mendalam disesuaikan dengan
rentangusia anak. APE usia rentang 4 - 5 tahun tentu berbeda dengan anak usia
rentang 5 - 6 tahun,contohnya : "PUZZLE".Puzzle adalah APE yang dapat diperkenalkan pada anak TK. Puzzle untuk anak usia 4 - 5 tahun
memiliki bentuk sederhana dengan potongan atau kepingan puzzle yang sederhana dan tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 5 - 6 tahun tentu
kepingannya lebih banyak lagi.
Oleh karena itu sebagai seorang guru TK
harus mampu berkreasi untuk menciptakan dan menggunakan Alat Permainan Edukatif
sendiri sesuai dengan situasi dengan kondisi masing-masing serta ciri-ciri
perkembangan anak TK sesuai dengan minat.
Jenis-jenis APE untuk anak TK yang
telah dikembangkan di Indonesia di antaranya berdasarkan APE yang diciptakan
oleh para ahli, yakni:
1.
APE ciptaan Dr. Maria Montessori adalah puzzle bentuk geometri, yaitu dapat
membantu anak untuk mengingat konsep-konsep yang dipelajari tanpa perlu
bimbingan sehingga memungkinkan anak bekerja secara mandiri.
2. APE
yang dikembangkan kakak beradik Elizabeth Peabody terdiri dari dua boneka
tangan yang berfungsi sebagai tokoh Mediator Mooney dan Joey. Boneka ini dilengkapi
papan magnet, gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu dan tema cerita. APE
ini memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada pengembangan bahasa
yaitu kosa kata.
3.
APE ciptaan George Cruissenare, ia menciptakan balok
cruissinare untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, mengenalkan
bilangan dan untuk meningkatkan anak dalam bernalar ( Eliyawati : 66 ).
Adapun fungsi dari Alat Permainan
Edukatif (APE) dalam bentuk Puzzle
adalah:
1.
Bermain sambil belajar
2.
Melatih motorik halus (tangan)
3.
Melatih daya ingat dan daya piker
4.
Melatih konsentrasi
5.
Mengembangkan bahasa dengan mengenal gambar dan
berceritra
6.
Belajar berhitung metematika
c.
Pengaruh
Alat Permainan Edukatif (APE) Terhadap Minat Belajar Anak
Belajar dan bermain memberikan
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri,
bereksplorasi, mempraktekkan melalui beragam alat permainan edukatif (APE).
Yang menjadi hubungan antara permainan dalam pembelajaran adalah perkembangan
otak anak dan pembelajaran akan terbentuk apabila ada kegiatan mental yang
aktif dan menyenangkan, makin sering otak bekerja maka akan mahir dan terampil
hingga berpengaruh pada perkembangan minat dan usaha keras anak. Healy, (1994 :
3) dalam Sudono.
d.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang penelitian
dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis dalam penalitian ini bahwa melalui penggunaan Alat Permainan
Edukatif (APE), dapat meningkatkan minat
belajar anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten
Ciamis tahun ajaran 2010/2011.
F.
Metodologi Penelitian
a.
Rencana Penelitian
1.
Desain atau Model Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggar, yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemmis menggambarkan
tahap-tahap tersebut dalam siklus sebagai berikut(Wardani, 2007:412).
a
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0
|
b
|
7
|
6
|
8
|
5
|
Keterangan
0 : Pratindakan
1 : Rencana
siklus 1
2 : Pelaksanaan siklus 1
3 : Observasi
siklus 1
4 : Refleksi
siklus 1
5 : Rencana
siklus 2
6 : Pelaksanaan
siklus 2
7 : Observasi siklus 2
8 : Refleksi siklus 2
a : Siklus 1
b : Siklus
2
|
Penelitian
Tindakan Model Kemmis
dan Mc Taggar
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok BTK.
Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Anak pada kelompok ini
berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak
perempuan pada tahun pelajaran 2010/2011.
3.
Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalampenelitian ini adalah tindakan
untuk meningkatkan minatbelajar anak melalui penggunaan alat permainan
edukatif. Pelaksanaannya dilaksanakan dalam dua siklus dengan satu kali
kegiatan harian.
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bila keberhasilan
tindakan pembelajaran telah melebihi 65% dari jumlah keseluruhan anak yang
menjadi subjek penelitian, jika pada siklus I indikatornya telah tercapai, maka
penelitian pada siklus II tidak perlu dilanjutkan, selanjutnya membuat laporan
penelitian.
e.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Jenis Data
1)
Sumber data : Anak dan guru pelaku tindakan kelas
2)
Sifat data : kualitatif
3)
Jenis data : meliputi data keaktifan anak dan data
tentang tindakan kelas guru
Data
penelitian ini dapat diperoleh melalui :
a.
Data
tentang cara guru mengajar melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE) untuk meningkatkan minat belajar anak.
b.
Data
tentang kemampuan anak taman kanak-kanak menggunakan alat permainan edukatif (APE). Data kemampuan ini terdiri dari :
1)
Perhatian
anak pada kegiatan memasang puzzle.
2)
Perasaan
senang anak pada kegiatan memasang puzzle.
3)
Motivasi
anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
2.
Cara pengumpulan data
Untuk kepentingan pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan teknik
observasi, penggunaan observasi dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan
langsung terhadap subjek penelitian pada peningkatan minat belajar anak melalui
penggunaan alat permainan edukatif(APE) di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Teknik observasi terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu :
1) Pra observasi, yaitu kegiatan pengamatan
awal terhadap anak TK. Sejahtera terhadap peningkatan minat belajar anak
melalui tema/sub tema binatang / jenis, macam-macam binatang.
2) Pelaksanaan pengenalan sub tema jenis,
macam-macam binatang melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE).
3) Pasca observasi yaitu kegiatan pengamatan
akhir terhadap anak taman kanak-kanak terhadap peningkatan minat belajar anak
melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE).
f.
Teknik
Analisis Data
Analisis data dilakuakan oleh peneliti terhadap subyek, yaitu anak
Kelompok B pada TK. Sejahterayang diteliti. Adapun kriteria dari analisis tiap
evaluasi akan diberi smbol lingkaran penuh (
) dengan nilai baik, lingkaran setengah ( ) dengan nilai cukup, dan lingkaran kosong ( ) dengan nilai kurang.
(Riyanto,
1996:23)
Ketarangan :
P = Angka persentase
f = Jumlah anak yang yang mampu mengerjakan tugas
N = Jumlah sampel
Perhitungan persentase tersebut digunakan pada
pengolahan data selanjutnya setelah dilaksanakan tindakan
g.
Prosedur
Penelitian
1.
Pra Tindakan
Adapun tahap-tahap persiapan dalam
melakukan penelitian ini:
1) Mengadakan
observasi dengan pihak sekolah dan teman sejawat yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan penelitian.
2)
Merancang alat evaluasi (pemberian tugas memasang puzzle)
3)
Menganalisis hasil pekerjaan anak setelah diadakan
evaluasi.
2.
Pelaksanaan
tindakan
Rencana
Kegiatan Siklus I
1)
Perencanaan Tindakan
(1) Refleksi
awal sebagai langkah identifikasi permasalahan yang dihadapi anak pemberian
tugas penetapan subjek penelitian.
(2) Merumuskan
rencana tindakan meliputi pembelajaran, penyiapan instrument observasi, satuan
kegiatan harian (SKH) yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikelas.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Peneliti dan guru
bersama anak melakukan proses pembelajaran tentang meningkatkan minat belajar
anak melalui alat permainan edukatif (APE), pada sub tema jenis, macam-macam
binatang.
3)
Observasi/Evaluasi
Observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dilakukan selama kegiatan pembelajaran.Observasi dilakukan
oleh teman sejawat selaku pengamat langsung dan mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan berupa alat untuk mengevaluasi setiap pelaksanaan tindakan yang
dilakukan oleh peneliti, evaluasi ini dilakukan dari awal hingga akhir
pembelajaran.Adapun yang mengobservasi adalah guru (peneliti) dan yang
diobservasi adalah anak didik Kelompok TK. Harapan Sindangsari.
4)
Refleksi
Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada tahap observasi diadakan refleksi yang berkaitan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama tindakan berlangsung dengan
maksud untuk dijadikan perencanaan pada siklus berikutnya.
Rencana
Kegiatan Siklus II
Pada
dasarnya kegiatan yang dilakukan pada siklus ini, prosedur pelaksanaannya sama
dengan prosedur pada siklus I, hanya saja mungkin berbeda dari arah rancangan
pemberian tindakan yang disediakan berdasarkan hasil tindakan pada siklus I
untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1)
Perencanaan
Tindakan
Dalam tahap ini
perencanaan sama seperti perencanaan siklus I, namun lebih dulu diawali dengan
mempelajari hasil refleksi pada siklus I sebagai dasar untuk memberi revisi
rancangan (rencana tindakan baru) bagi tindakan yang dianggap kurang pada
siklus I.
2)
Pelaksanaan
Tindakan
Melaksanakan semua rencana yang
telah ditetapkan yakni meningkatkan minat belajar anak melalui alat permainan
edukatif (APE).
3)
Observasi/Evaluasi
Format observasi dan pelaksanaannya sama
seperti pada siklus I.
4)
Refleksi
Refleksi didasarkan pada
hasil observasi siklus II, wawancara dengan subjek peneliti dan hasil
pengamatan akhir siklus II untuk kemudian dianalisi.Refleksi yang dilakukan
dalam siklus ini, berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan
tindakan penelitian yang kemudian untuk disampaikan dalam penyusunan laporan
akhir penelitian.
h.
Faktor yang
Diselidiki
Untuk mampu menjawab
permasalahan, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Faktor
Anak : yaitu melihat minat belajar
anak dalam pembelajaran
dengan menggunakan Alat Permainan Edukati (APE).
2. Faktor
Guru : Melihat dan memperhatikan guru
dalam menyajikan materi pembelajaran serta tehnik yang digunakan guru dalam
meningkatkan minat belajar anak.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan minat belajar anak melalui penggunaan Alat Permainan
Edukatif di TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Proses pembelajaran ini dilaksanakan
sebanyak 2 (dua) kali pertemuan.Pada siklus I diadakan selama 1 (satu) kali
pertemuan dan penilaian dilakukan dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup serta setiap akhir pertemuan diadakan evaluasi. Demikian halnya
dengan penilaian yang dilakukan pada siklus II juga diadakan selama 1 (satu)
kali pertemuan dan penilaian dilakukan seperti pada siklus I. Evaluasi
penilaian dilakukan dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
serta tetap melakukan penilaian pada saat anak melakukan kegiatan menyusun Alat
permainan Edukatif.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh
sebagai berikut :
1. Hasil Penelitian Sebelum Tindakan
22
|
Tabel
4.1.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
5
|
25
|
|
2.
|
Cukup
|
6
|
30
|
|
3.
|
kurang
|
9
|
45
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.1 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 5
anak (25%) yang masuk dalam kategori
baik pada aspek penilaian perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 9 anak
(45%) yang masuk dalam kategori kurang.
Tabel 4.2.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada
Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
6
|
30
|
|
2.
|
Cukup
|
7
|
35
|
|
3.
|
kurang
|
7
|
35
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.2 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 6
anak (30%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 7 anak
(35%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek perasaan senang
anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel
4.3.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas
Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
5
|
25
|
|
2.
|
Cukup
|
8
|
40
|
|
3.
|
kurang
|
7
|
35
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.3 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 5
anak (25%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang
puzzle, sebanyak 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 7
anak (35%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek motivasi anak
dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
Tabel 4.4.Rekapitulasi
Hasil Penilaian Sebelum Tindakan
No
|
Kategori
|
Aspek yang diamati
|
Jmlh
|
RataRata
|
%
|
|||||
A
|
B
|
C
|
||||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||||
1.
|
Baik
|
5
|
25
|
6
|
30
|
5
|
25
|
16
|
6
|
26.66
|
2.
|
Cukup
|
6
|
30
|
7
|
35
|
8
|
40
|
21
|
7
|
35
|
3.
|
Kurang
|
9
|
45
|
7
|
35
|
7
|
45
|
23
|
7
|
38.34
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
100
|
Keterangan :
A
= Penilaian perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle
B
= Perasaan senang anak pada
kegiatan memasang puzzle
C
= Motivasi anak dalam
menyelesaikan tugas memasang puzzle
Berdasarkan
tabel 4.4 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 6
anak (26,66%) yang masuk dalam
kategori baik mengenai cara memasang puzzle, sedangkan masuk dalam kategori cukup 7 anak (35%), dan yang masuk
dalam kategori kurang sebanyak 7 anak (38,34%). Dengan demikian persentase yang
diperoleh pada pengamatan sebelum tindakan belum mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan, yakni minimal 65% anak yang berminat masuk dalam kategori baik
dalam memasang puzzle.
Berdasarkan
hasil penilaian sebelum tindakan, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
memasang puzzle minat belajar anak belum diwujudkan secara optimal karena
disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :
1)
Kurangnya rasa percaya diri anak
2) Kemampuan
anak memahami konsep benda yang sesuai belum optimal
3) Perilaku
sosial anak yang kurang menghargai hasil karya orang lain
4)
Anak kebanyakkanbermain
2. Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
Setelah mengetahui kekurangan yang
dialami anak dalam memasang puzzle, maka guru melakukan tindakan kelas dengan
memperhatikan kekurangan yang ada dengan melakukan pengelolaan untuk
meningkatkan minat anak. Penelitian
siklus I dilaksanakan pada mei 2010. Data yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan terhadap peningkatan minat anak dalam belajar melalui
Alat Permainan Edukatif (APE).Penelitiana tindakan siklus I dilakukan dalam 1
(satu) kali pertemuan yakni dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel
4.5.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
9
|
45
|
|
2.
|
Cukup
|
7
|
35
|
|
3.
|
kurang
|
4
|
20
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.5 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 9
anak (45%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 4 anak
(20%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada
Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
10
|
50
|
|
2.
|
Cukup
|
6
|
30
|
|
3.
|
kurang
|
4
|
20
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.6 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas,terdapat 10
anak (50%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 4 anak (20%)
yang masuk dalam kategori kurang pada penilaianaspek perasaan senang anak pada
kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.7.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam
Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
12
|
60
|
|
2.
|
Cukup
|
5
|
25
|
|
3.
|
kurang
|
3
|
15
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.7 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 12
anak (60%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang
puzzle, sebanyak 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 3
anak (15%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek motivasi anak
dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
Tabel 4.8.
Rekapitulasi Hasil Penilaian Sebelum Tindakan
No
|
Kategori
|
Aspek yang diamati
|
Jmlh
|
Rata
Rata
|
%
|
|||||
A
|
B
|
C
|
||||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||||
1.
|
Baik
|
9
|
45
|
10
|
50
|
12
|
60
|
31
|
10
|
51,67
|
2.
|
Cukup
|
7
|
35
|
6
|
30
|
5
|
25
|
18
|
6
|
30
|
3.
|
Kurang
|
4
|
20
|
4
|
20
|
3
|
15
|
11
|
4
|
18,33
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
100
|
Keterangan :
A
= Penilaian perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle
B
= Perasaan senang anak pada
kegiatan memasang puzzle
C
= Motivasi anak dalam
menyelesaikan tugas memasang puzzle
Berdasarkan
tabel 4.8 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 10
anak (51,67%) yang masuk dalam
kategori baik dalam cara kegiatan memasang
puzzle, sedangkan masuk dalam kategori
cukup 6 anak (30%), dan yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 4 anak (18,33%).
Dengan demikian persentase yang diperoleh pada penelitian tindakan siklus I belum
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yakni minimal 65% anak yang
berminat dan masuk dalam kategori baik dalam menyusun puzzle.
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan siklus I, dapat diketahui bahwa kekurangan yang
dialami pada penelitian siklus I adalah sebagai berikut :
1)
Rasa percaya diri anak masih rendah
2) Kemampuan
berpikir anak belum berkembang secara optimal
3) Perilaku
sosial anak yang kurang menghargai hasil karya orang lain yang berbeda dengan
dirinya
4) Kebanyakan
anak Cuma bermain
5)
Anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan guru
Selain
melakukan observasi aktifitas anak dalam pembelajaran dengan alat permainan
edukatif "puzzle", dalam penelitian ini juga dilakukan observasi
terhadap aktifitas guru dalam melakukan penggelolaan kelas untuk meningkatkan
minat belajar anak yang dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel
4.9. Hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran
No
|
Aspek yang diamati
|
Kriteria
|
1.
|
Tipe
kepemimpinan
a. Sikap
yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang optimal
b. Sikap
yang dilakukan dalam menghadapi pelanggaran dalam kelas
c. Usaha
guru untuk memahami anak didiknya
|
Baik
Baik
Cukup
Baik
|
2.
|
Pengenalan
anak
|
Baik
|
3.
|
Melakukan
tindakan torektif terhadap masalah
|
Cukup
|
4.
|
Langkah
yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran
|
Baik
|
5.
|
Ketepatan
guru dalam mengajar
|
Cukup
|
6.
|
Komunikasi
dengan anak didik
|
Baik
|
7.
|
Pengaturan
tempat duduk
|
Baik
|
8.
|
Ventilasi
dan pengaturan cahaya
|
Cukup
|
9.
|
Pengaturan
penyimpanan barang-barang :
a. Cara
mengatur penyimpanan barang-barang
b. Pemastian
barang-barang dan buku-buku untuk kegiatan pembelajaran
c. Hiasan-hiasan
yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran
d. Menyiapkan
alat peraga
|
Baik
Baik
Cukup
Baik
|
10.
|
Memotovasi
anak dan memberikan penguatan
|
Cukup
|
11.
|
Memberikan
pujian dan penghargaan kepada anak didik
|
Cukup
|
12.
|
Keterampilan
bercakap-cakap dengan anak didik
|
Baik
|
13.
|
Keterampilanmenggunakan
alat peraga
|
Baik
|
14.
|
Volume
suara dalam menyampaikan materi pembelajaran
|
Cukup
|
15.
|
Waktu
yang digunakan dalam pembelajaran
|
Cukup
|
Berdasarkan
tabel 4.9 diatas terlihat bahwa hasil observasi guru dalam melakukan
pengelolaan kelas guru meningkatkan minat belajar anak saat pembelajaran masih
dalam kategori cukup atau dengan persentase penggelolaan kelas, dalam kategori
cukup sebesar 65% .melihat kekurangan tersebut, maka peneliti mengubah sistem
penggelolaan kelas pada siklus berikutnya.
3. Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan silus I, maka dilakukan perbaikan pada siklus II
dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada siklus I dalam kegiatan
memasang puzzle, maka guru melakukan tindakan kelas dengan memperhatikan
kekurangan yang ada, seperti pada tindakan siklus I. Penelitian siklus II dilaksanakan pada bulan
mei 2011. Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap
peningkatan minat anak dalam belajar melalui Alat Permainan Edukatif (APE).
Penelitiana tindakan siklus I dilakukan dalam 1 (satu) kali pertemuan yakni
dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel
4.10.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
12
|
60
|
|
2.
|
Cukup
|
8
|
40
|
|
3.
|
kurang
|
0
|
0,00
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.10 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 12
anak (60%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam kategori kurang (0,00 %) pada penilaian aspek perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada
Kegiatan Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
14
|
70
|
|
2.
|
Cukup
|
6
|
30
|
|
3.
|
kurang
|
0
|
0,00
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.11 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas,terdapat 14
anak (70%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle,
sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam kategori
kurang (0,00 %) pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan
memasang puzzle.
Tabel 4.12.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam
Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Keterangan
|
1.
|
Baik
|
18
|
90
|
|
2.
|
Cukup
|
2
|
10
|
|
3.
|
kurang
|
0
|
0,00
|
|
Jumlah
|
20
|
100
|
|
Berdasarkan
tabel 4.12 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 18
anak (90%) yang masuk dalam kategori
baik pada penilaian aspek motivasi anak dalammenyelesaikan tugas memasang
puzzle, sebanyak 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam
kategori kurang (0,00 %) pada penilaian aspek motivasi anak dalammenyelesaikan
tugas memasang puzzle.
Tabel 4.13
Rekapitulasi Hasil Penilaian Sebelum Tindakan
No
|
Kategori
|
Aspek yang diamati
|
Jml
|
Rata Rata
|
%
|
|||||
A
|
B
|
C
|
||||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||||
1.
|
Baik
|
12
|
60
|
14
|
70
|
18
|
90
|
31
|
15
|
73,33
|
2.
|
Cukup
|
8
|
40
|
6
|
30
|
2
|
10
|
18
|
5
|
26,67
|
3.
|
Kurang
|
0
|
0,00
|
0
|
0,00
|
0
|
0,00
|
11
|
0
|
00,00
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
100
|
Keterangan :
A
= Penilaian perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle
B
= Perasaan senang anak pada
kegiatan memasang puzzle
C
= Motivasi anak dalam
menyelesaikan tugas memasang puzzle
Berdasarkan
tabel 4.13 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek
penelitian tindakan kelas, terdapat 15
anak (73,33%) yang masuk dalam
kategori baik dalam kegiatan memasang puzzle, sedangkan masuk dalam kategori cukup 5anak (26,67%), dan tidak ada
anak yang masuk dalam kategori kurang . Dengan demikian persentase yang
diperoleh pada penelitian siklus IItelah mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan, yakni minimal 65% , untuk itu minat anak dalam pembelajaran melalui
alat permainan edukatif (APE) telah mengalami peningkatan, kerjasam anak sudah
baik,rasa percaya diri anak meningkat dan kemampuan berpikir anak berkembang
secara optimal, sementara hambatan tidak ditemukan lagi.
Setelah
melakukan observasi terhadap aktifitas belajar anak, juga dilakukan observasi
aktifitas guru yang dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel
4.14 Hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran
No
|
Aspek yang diamati
|
Kriteria
|
1.
|
Tipe
kepemimpinan
a. Sikap
yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang optimal
b. Sikap
yang dilakukan dalam menghadapi pelanggaran dalam kelas
c. Usaha
guru untuk memahami anak didiknya
|
Baik
Baik
Baik
|
2.
|
Pengenalan
anak
|
Baik
|
3.
|
Melakukan
tindakan torektif terhadap masalah
|
Cukup
|
4.
|
Langkah
yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran
|
Baik
|
5.
|
Ketepatan
guru dalam mengajar
|
Cukup
|
6.
|
Komunikasi
dengan anak didik
|
Baik
|
7.
|
Pengaturan
tempat duduk
|
Baik
|
8.
|
Ventilasi
dan pengaturan cahaya
|
Cukup
|
9.
|
Pengaturan
penyimpanan barang-barang :
a. Cara
mengatur penyimpanan barang-barang
b. Pemastian
barang-barang dan buku-buku untuk kegiatan pembelajaran
c. Hiasan-hiasan
yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran
d. Menyiapkan
alat peraga
|
Cukup
Cukup
Baik
Baik
|
10.
|
Memotovasi
anak dan memberikan penguatan
|
Cukup
|
11.
|
Memberikan
pujian dan penghargaan kepada anak didik
|
Baik
|
12.
|
Keterampilan
bercakap-cakap dengan anak didik
|
Baik
|
13.
|
Keterampilanmenggunakan
alat peraga
|
Baik
|
14.
|
Volume
suara dalam menyampaikan materi pembelajaran
|
Baik
|
15.
|
Waktu
yang digunakan dalam pembelajaran
|
Baik
|
Berdasarkan
tabel 4.14 terlihat bahwa hasil observasi guru saat pembelajaran dengan Alat
Permainan Edukatif (APE)yaitu memasang puzzle pada siklus II menunjukan adanya
peningkatan hamper setiap aspek yang diamati.
b. Pembahasan
Hasil
observasi aktivitas guru dan anak yang diperoleh pada siklus I diketahui masih
banyak kekurangan yang terjadi diberbagai aspek pembelajaran.Berdasarkan
kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I, dilakukan perbaikan pada
siklus II dan mampu memperbaiki kekurangan tersebut.Berdasarkan hasil
pelaksanaan tindakan siklus II diketahui bahwa telah terjadi peningkatan dan
perubahan tingkah laku anak mulai menunjukan minat dalam pembelajaran.
Pada
pertemuan pertama siklus I kegiatan anak belum efektif secara keseluruhan
mengenai aspek perhatian anak pada
kegiatan memasang puzzle, perasaan senang anak pada kegiatan memasang
puzzle, dan motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle. Hal ini
disebabkan karena anak belum terbiasa dalam melakukan kegiatan dengan alat
permainan edukatif sehingga minat anak dalam belajar belum optimal dan
kemampuan guru dalam menggelola pembelajaran belum maksimal sehingga perlu
dilakukan perbaikan pembelajaran pada pertemuan kedua.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari siklus I, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada
siklus II dengan melakukan beberapa perubahan dalam pembelajarandengan
langkah-langkah sebagai berikut :
-Anak diberikan tugas untuk
mengungkapkan minatnya mengenai tugas yang diberikan oleh gurudengan Alat Permainan
Edukatif (APE).
-Anak diberi tugas memasang puzzle
yang telah dipersiapkan dengan bimbingan dan pengawasan dari guru.
-Guru memotivasi anak agar berhasil
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
-Guru menjelaskan dan member penguatan
tentang alat permainan edukatif sesuai dengan pembelajaran yang telah di buat
guru tersebut.
Dengan demikian
tindakan yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan minat belajaranak melalui
Alat Permainan Edukatif (APE) dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil penelitian
siklus I menunjukan bahwa terdapat 10 anak (51,67%) yang masuk dalam kategori
baik dalam kigiatan memasang puzzle, sedangkan yang masuk dalam kategori cukup
sebanyak 6 anak (30%) dan yang amsuk dalam kategori kurang 4 anak (18,33%).
Dengan demikian, persentase yang
diperoleh pada penilaian tindakan siklus I belum mencapai indikator kinaerja
yang ditetapkan yakni minimal 65 %.
Berdasarkan hasil
penelitian siklus I maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus IIyang
menunjukan adanya peningkatan yang signifikan, dimana terdapat 15 anak (73,33%)
yang masuk dalam kategori baik dalam kegiatan memasang puzzle, sedangkan dang
masuk dalam kategori cukup sebanyak 5 anak (26,67%) dan masuk dalam kategori kurang (0,00%).
Dengan demikian, persentase yang diperoleh pada penilaian tindakan silkus II
telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yakni minimal 65% minat anak
dalam memasang puzzle yang masuk dalam kategori baik.
Upaya meningkatkan
minat belajar anak melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) yaitu
dengan pemberian tugas memasang puzzle perlu mendapatkan motivasi dan kerjasama
yang baik dari guru, sehingga anak melakukan sesuatu dengan benar dan
pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.
Tabel 4.15. Deskripsi Penilaian pada
Peningkatan Minat Belajar Anak Melalui Alat Permainan Edukatif (APE)
1.
Aspek
Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No.
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
1
|
B
|
Jika anak sudah dapat
menunjukkan perhatiannya pada kegiatan memasang puzzle dengan sangat baik
yang menjadi ukurannya adalah perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle.
|
2
|
C
|
Jika anak sudah cukup
baik namun belum terlalu sempurna kadang-kadang masih harus diingatkan guru perhatiannya
pada kegiatan memasang puzzle.
|
3
|
K
|
Jika anak dalam menunjukkan
perhatiannya pada kegiatan memasang puzzle masih selalu diingatkan oleh guru,
jadi dalam aspek ini selalu diingatkan oleh guru.
|
2.
Aspek Perasaan Senang Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No.
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
1
|
B
|
Jika anak sudah dapat
menunjukkan ekspresi senangnya pada kegiatan memasang puzzle dengan sangat
baik yang menjadi ukurannya adalah anak mampu menunjukkan ekspresi senangnya
pada kegiatan memasang puzzle.
|
2
|
C
|
Jika anak sudah cukup
baik dalam menunjukkan perasaan senangnya pada kegiatan memasang puzzle namun belum terlalu sempurna kadang-kadang
masih harus diingatkan guru.
|
3
|
K
|
Jika perasaan senang anak pada kegiatan memasang
puzzlesama sekali tidak ada, maka pada aspek ini yang menjadi criteria dalam penilaian
adalah sama sekali tidak ada perasaan senag anak pada kegiatan memasang
puzzle.
|
3.
Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No.
|
Kriteria
|
Deskripsi
|
1
|
B
|
Jika anak sudah dapat
menunjukkan motivasi dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle dengan sangat baik yang menjadi ukurannya
adalah motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle
|
2
|
C
|
Jika anak sudah cukup
baik namun belum terlalu sempurna kadang-kadang masih harus diingatkan/dibimbing
guru tentang motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
|
3
|
K
|
Jika motivasi anak
dalam kegiatan memasang puzzle masih selalu diingatkan/dibimbing oleh guru, maka
pada aspek ini masih selalu diingatkan/dibimbing oleh guru.
|
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Suasana
belajar pada proses pembelajaran dalam rangka meningkatakan minat belajar anak TK.
Harapan Sindangsari, Kabupaten Ciamis, dapat diketahui bahwa hasil pelaksanaan
tindakan kelas pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan
sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II, berdasarkan hasil penelitian
siklus II diketahui bahwa terdapat 15 anak atau 73,33% dari jumlah anak yang
masuk dalam kategori baik dalam memasang puzzle, sedangkan yang masuk dalam
kategori cukup sebanyak 5 anak atau 26,67% dan masuk dalam kategori kurang
(0,00 %).
2. Untuk
aktivitas guru dalam rangka meningkatkan minat belajar anak dalam pembelajaran
juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dalam upaya guru dalam
pembelajaran memasang puzzle seperti menyiapkan alat peraga, memberikan
motivasi, membagi kelompok belajar, memberitugas kepada anak, menyuimpulkan
hasil pembelajaran, memberi pujian atau penghargaan bagi anak, keterampilan
dalam menggunakan alat peraga dan pengolahan waktu.
3. Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada siklus I dilakukan perbaikan tindakan, sehingga
diperoleh hasil pada siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan hampir
setiap aspek yang diamati.
I. Daftar
Pustaka
Ahmad Fauzi ,2004.
Psikologi Umum. Bandung
CV. Pustaka Setia cetakan
ke – 2
Biografi Dr.
Dorothy Einon . 2006. Permainan Cerdas
Untuk Anak Usia 2 – 6 Tahun.jakarta, Erlangga.
Dewa ketut
Sukardi.1984 .Bimbingan Belajar di
Sekolah – Sekolah. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Departemen
pendidikan Jakarta .2004 .Tentang
Kurikulum Standar TamanKanak – kanak Raudhatul Atfal.
Eliyawati
2005.Pemilihan dan Penyembangan Sumber
Belanja Untuk Anak UsiaDini Depdiknas.
Hurlock.Elizabeth
.B. 1993.Perkembangan Anak Jilid 2.
Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.
Meyke.
1995. Bermain dan Permainan. PT Grusindo Jakarta.
Nana
sudjana, 1987.Dasar – Dasar Proses
Belajar Mengajar Bandung : Balai Pustaka.
Rochiati.
2007. Produser Penelitian Tindakan Kelas.
PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sinta R.
2001. Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif.Jakarta
Kompas.
Slameto,
2003.Belajar dan Faktor – faktor yang
Mempengaruhi.Jakarta Rineka Citra.
Sudono.
2000. Sumber Belajar Dalam Alat Permainan.
PT Grusindo Jakarta.
Sumantri.
2005. Model Pengembangan Keterampilan
Anak Usia Dini. Jakarta.
Wardhani.Igak.2007.
Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
TRIMS ATAS INFONYA ..
BalasHapusbisnis ppob
bisnis mantap
bisnis ibu rumah tangga
PPOB Pualing lengkap
PPOB buat kolektif-an