Kamis, 17 Oktober 2013

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF(Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B di TK. Harapan Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011)



A.    Judul
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF(Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B di TK. Harapan Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2010/2011)
B.     Nama Penulis
Siti Jenab, A.Ma.Pd
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci :Minat Belajar, Alat Permainan Edukatif (APE) dalam bentuk Media Puzzle.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan berdasarkan, suasana belajar pada proses pembelajaran dalam rangka meningkatakan minat belajar anak TK. Sejahtera Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, dapat diketahui bahwa hasil pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II, berdasarkan hasil penelitian siklus II diketahui bahwa terdapat 15 anak atau 73,33% dari jumlah anak yang masuk dalam kategori baik dalam memasang puzzle, sedangkan yang masuk dalam kategori cukup sebanyak 5 anak atau 26,67% dan masuk dalam kategori kurang (0,00 %).
Untuk aktivitas guru dalam rangka meningkatkan minat belajar anak dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dalam upaya guru dalam pembelajaran memasang puzzle seperti menyiapkan alat peraga, memberikan motivasi, membagi kelompok belajar, member tuigas kepada anak, menyuimpulkan hasil pembelajaran, member pujian atau penghargaan bagi anak, keterampilan dalam menggunakan alat peraga dan pengolahan waktu.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dilakukan perbaikan tindakan, sehingga diperoleh hasil pada siklus II yang menunjukan adanya peningkatan hampir setiap aspek yang diamati.
Diakhir penelitian ini, selain memberikan beberapa kesimpulan juga dapat memberikan beberapa saran kepada :
-          guru, hendaknya dapat menggunakan Alat Peraga Edukatif (APE) sebagai strategi pembelajaran dalam rangka peningkatan minat belajar anak juga kompetensi bidang pembelajaran yang lainnya.
-          Kepala TK, hendaknya dapat mendukung penyelenggraan  pembelajaran dengan pemanfaatan Alat peraga Edukatif (APE) atau bentuk inovasi lainnya.
-          Komite Sekolah, hendaknya dapat membantu menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan dalam peningkatan pembelajaran melalui inovasi guru.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan dengan berbagai macam upaya.Dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut khususnya perbaikan kurikulum, pelatihan guru,penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yakni sarana bermain bagi anak TK.
Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun.
Pentingnya pendidikan taman kanak-kanak karena melalui usaha ini dapat membantu anak didik dalam mengembangkan potensi ,minat,keterampilan, kemampuan pada dirinya sebagai modal dasar agar siap memasuki pendidikan selanjutnya.
Dalam rangka meningkatkan minat belajar anak,peran pendidik     (guru) sangat diperlukan sebagai upayameningkatkan program pembelajaran TK dengan melaksanakan berbagai macam pengajaran yang salah satunya adalah pendekatan belajar sambil bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu " bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain ", hal ini merupakan cara yang paling efektif karena dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai kreativitas,melalui beragam Alat Permainan Edukatif (APE) yang sengaja dirancang berbeda dengan permainan pada umumnya yang ada ditoko-toko, memiliki ciri khas yang disesuaikan dengan karakteristik dan usia anak TK. Diantaranya jenis permainan "PUZZLE" sesuai dengan pernyataan seorang ahli pendidikan "Brunner" (1990:9) yang menyatakan bahwa sebenarnya program pendidikan Anak Usia Dini ditujukan dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia.
Melalui Alat Permainan Edukatif (APE) diharapkan agar proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan sehingga anak betah,tidak merasa bosan dan fokus dalam belajar.Walaupun  telah diketahui bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) sangat menunjang bagi terlaksananya proses belajar yang efektif namun masih banyak sekolah belum menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Untuk itulah guru TK dituntut untuk terus mengali, menambah dan meningkatkanpengetahuan serta keterampilannya. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru TK ini akan berpengaruh terhadap kemampuan guru TK dalam melaksanakan proses pembelajaran di taman kanak-kanak sehingga pencapaian tujuan pembelajaran di TK yaitu untuk meletakan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, social emosional, konsep diri, seni dan nilai-nilai agama sehingga upaya pengembangananak tercapai secara optimal.
Usia dini merupakan usia emas untuk menyerap berbagai informasi. Namun orang tua dan tenaga pendidik harus memberikan materi yang dekat dengan kehidupan dan lingkungan anak yang terefleksi dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.Pertumbuhan dan perkembangan Taman Kanak-kanak saat ini sangat menggembirakan.Hal ini terlihat semakin banyaknya lembaga pendidikan tersebut, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Demikianlah halnya dengan proses pembelajaran di TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis berdasarkan pengamatan penulis, masih ada guru TK yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode kurang tepat dan mengelola pembelajaran secara monoton dan tidak bervariasi atau tidak digunakanya alat peraga dalam pembelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi minat belajar anak.
Untuk menumbuhkan minat belajar anak, peneliti akan menerapkan suatu tindakan dalam bentukpenggunaan media Alat Permainan Edukatif (APE) berupa Puzzle. Alat Permainan Edukatif (APE) disiapkanoleh guru sesuai dengan kebutuhan pokok bahasan yang akan diajarkan pada anak.
Pengunaan Alat Permainan Edukatif(APE) dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran baik secara individu ataupun secara kelompok. Permainan merupakan suatu alat yang disenangi anak mempunyai daya tarik bagi anak baik bentuk, ukuran dan warna selain itu aman dan tidak membahayakan, dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak, memotifasi anak untuk berpikir kritis menemukan hal-hal yang baru untuk mencapai hasil belajar yang baik.
b.      Rumusan Masalah
Pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan melalui dua pertanyaan berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam bentuk Puzlleuntuk meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
2.      Apakah penggunaan Alat Permainan Edukatif dalam bentuk Puzzle dapat meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis?
c.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini dapat ditentukan, yaitu:
1.      Untuk meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2.      Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam bentuk Puzzle dalam upaya meningkatkan minat belajar anak Kelompok B pada TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
3.      Untuk memperoleh suatu bentuk alat permainan guna melengkapi alat permainan yang sudah ada di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
4.      Untuk  meningkatkan kreativitas guru dalam memilih dan menggunakan alat permainan untuk dijadikan media belajar anak didik yang dipandang mampu meningkatkan minat belajarnya.


E.     Kajian Pustaka
a.      Minat Balajar
Minat belajar terdiri dari dua kata Minat dan Belajar, untuk mendapatkan kejelasan dari kedua kata tersebut, sebaiknya penulis jabarkan secara terpisah antara Minat dan Belajar.
1.    Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan  yang tepat untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
Secara bahasa, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat banyak dikemukakan oleh para ahli  diantaranya oleh Sukardi ( 1984 : 46 ) berpendapat bahwa  minat adalah sesuatu suatu perangkat mental yang terdiri dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan – kecenderungan  lain. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan,jabatan dan karir tidak akan mungkin orang yang tidak berminat akan suatu pekerjaan tersebut dengan baik.
Slameto (dalam Darwan, 2007) yang menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.Minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya.
Selanjutnya Hurlock (1993: 114) mengatakn bahwa : suatu          "minat"sebagai sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan  keberadaan pribadinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkanmereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan bila kepuasan berkurang minatpun berkurang.
Jadi minat merupakan perangkat mental yang menggerakkan individu dalam memilih sesuatu.Timbulnya minat terhadap suatu objek ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik. Jadi boleh dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan merasa senang atau tertarik terhadap objek yang diminati tersebut.
2.    Pengertian Belajar
Belajar adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian, sedangkan menurut istilah yang dipaparkan para ahli diantaranya oleh Fauzi (2004) yang mengemukakan belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi yang terjadi. Kemudian Whittaker,(dalam Djamarah 2002 : 11) mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah menjadi pengalaman. Selanjutnya Sudjana mengatakan bahwa "belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan.Proses tersebut melalui berbagai pengalaman belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu ".
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.Perubahan tingkah laku tersebut baik dari aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun sikapnya (efektif).
Dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kegiatan atau kemauan seperti perhatian dan keaktifan yang disengaja melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan .
3.      Unsur-unsur Minat
1)   Perhatian
Perhatian adalah  sangat penting dalam mengikuiti kegiatan dengan baik, dalam hal ini akan  berpengaruh pula terhadap minat anak dalam belajar. Menuru Sumadi Suryabrata  perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinyapun akan lebih tinggi, maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkan.
2)    Perasaan
Perasaan didefenisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif pada umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf .
Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sendiri.
Yang dimaksud dengan perasaan disini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik.Perasaan merupakan aktivitas psikis perasaan sebagai faktor psikis non intelektual yang khusus berpengaruh pada semangat belajar.
Jika seorang anak mendapat penilaian yang layak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar disekolah, dan itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang dihatinya akan tetapi jika penilaian negatif maka timbul perasaan tidak senang.
3)   Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorong.Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar.Dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentetan waktu tertentu.
Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap seseuatu objek karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
b.      Alat Permainan Edukatif ( APE )
Alat Permainan Edukatif (APE) ialah semua alat yang digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan bermainnya yang dirancang secara khusus disesuaikan dengan rentang usia anak dimana setiap alat permainan dapat difungsikan secara multi guna untuk mengembangkan aspek – aspek perkembangan,yakni :
1.      Aspek fisik motorik
2.      Emosi
3.      Sosial
4.      Bahasa
5.      Kognitif dan moral
Menurut Sugianto (1995 : 62) alat permainan dapat dikategorikan sebagai Alat Permainan Edukatif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Ditujukan untuk anak usia dini
2.      Berfungsi untuk mengembangkan aspek-aspek pengembangan anak
3.      Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan bermacam-macam tujuan aspek pengembangan.
4.      Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas
5.      Bersifat kontraktif ada sesuatu yang dihasilkan
6.      Mengandung nilai pendidikan.
Jadi Alat Permainan Edukatif (APE) untuk anak TK selalu dirancang dengan pemikiran yang mendalam disesuaikan dengan rentangusia anak. APE usia rentang 4 - 5 tahun tentu berbeda dengan anak usia rentang 5 - 6 tahun,contohnya : "PUZZLE".Puzzle adalah APE yang dapat diperkenalkan pada anak TK. Puzzle untuk anak usia 4 - 5 tahun memiliki bentuk sederhana dengan potongan atau kepingan puzzle yang sederhana dan tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 5 - 6 tahun tentu kepingannya lebih banyak lagi.
Oleh karena itu sebagai seorang guru TK harus mampu berkreasi untuk menciptakan dan menggunakan Alat Permainan Edukatif sendiri sesuai dengan situasi dengan kondisi masing-masing serta ciri-ciri perkembangan anak TK sesuai dengan minat.
Jenis-jenis APE untuk anak TK yang telah dikembangkan di Indonesia di antaranya berdasarkan APE yang diciptakan oleh para ahli, yakni:
1.      APE ciptaan Dr. Maria Montessori adalah puzzle bentuk geometri, yaitu dapat membantu anak untuk mengingat konsep-konsep yang dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga memungkinkan anak bekerja secara mandiri.
2.    APE yang dikembangkan kakak beradik Elizabeth Peabody terdiri dari dua boneka tangan yang berfungsi sebagai tokoh Mediator Mooney dan Joey. Boneka ini dilengkapi papan magnet, gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu dan tema cerita. APE ini memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada pengembangan bahasa yaitu kosa kata.
3.    APE ciptaan George Cruissenare, ia menciptakan balok cruissinare untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, mengenalkan bilangan dan untuk meningkatkan anak dalam bernalar ( Eliyawati : 66 ).
Adapun fungsi dari Alat Permainan Edukatif (APE) dalam bentuk Puzzle adalah:
1.      Bermain sambil belajar
2.      Melatih motorik halus (tangan)
3.      Melatih daya ingat dan daya piker
4.      Melatih konsentrasi
5.      Mengembangkan bahasa dengan mengenal gambar dan berceritra
6.      Belajar berhitung metematika
c.         Pengaruh Alat Permainan Edukatif (APE) Terhadap Minat Belajar Anak
Belajar dan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan melalui beragam alat permainan edukatif (APE). Yang menjadi hubungan antara permainan dalam pembelajaran adalah perkembangan otak anak dan pembelajaran akan terbentuk apabila ada kegiatan mental yang aktif dan menyenangkan, makin sering otak bekerja maka akan mahir dan terampil hingga berpengaruh pada perkembangan minat dan usaha keras anak. Healy, (1994 : 3) dalam Sudono.
d.         Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penalitian ini bahwa melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif  (APE), dapat meningkatkan minat belajar anak Kelompok B TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2010/2011.








F.     Metodologi Penelitian
a.      Rencana Penelitian
1.        Desain atau Model Penelitian
Penelitian ini  adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam  2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggar, yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemmis menggambarkan tahap-tahap tersebut dalam siklus sebagai berikut(Wardani, 2007:412).
a
1
2
3
4
0
b
7
6
8
5
Keterangan

0    : Pratindakan
1    :  Rencana siklus 1
2    :  Pelaksanaan   siklus 1
3    :  Observasi siklus 1
4    :  Refleksi siklus 1
5    :  Rencana siklus 2
6    : Pelaksanaan siklus 2
7    :  Observasi siklus 2
8    :  Refleksi siklus 2

a    :  Siklus 1
b    :  Siklus 2
 
























Penelitian  Tindakan  Model  Kemmis  dan  Mc Taggar

2.      Subjek Penelitian
  Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok BTK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Anak pada kelompok ini berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan pada tahun pelajaran 2010/2011.
3.      Rencana Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalampenelitian ini adalah tindakan untuk meningkatkan minatbelajar anak melalui penggunaan alat permainan edukatif. Pelaksanaannya dilaksanakan dalam dua siklus dengan satu kali kegiatan harian.
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bila keberhasilan tindakan pembelajaran telah melebihi 65% dari jumlah keseluruhan anak yang menjadi subjek penelitian, jika pada siklus I indikatornya telah tercapai, maka penelitian pada siklus II tidak perlu dilanjutkan, selanjutnya membuat laporan penelitian.
e.         Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1.         Jenis Data
1)        Sumber data : Anak dan guru pelaku tindakan kelas
2)        Sifat data : kualitatif
3)        Jenis data : meliputi data keaktifan anak dan data tentang tindakan kelas guru
Data penelitian ini dapat diperoleh melalui :
a.         Data tentang cara guru mengajar melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE) untuk meningkatkan minat belajar anak.
b.        Data tentang kemampuan anak taman kanak-kanak menggunakan alat permainan edukatif (APE). Data kemampuan ini terdiri dari :
1)        Perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle.
2)        Perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle.
3)        Motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
2.         Cara pengumpulan data
Untuk kepentingan pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan teknik observasi, penggunaan observasi dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian pada peningkatan minat belajar anak melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE) di TK. Harapan Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Teknik observasi terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu :
1)      Pra observasi, yaitu kegiatan pengamatan awal terhadap anak TK. Sejahtera terhadap peningkatan minat belajar anak melalui tema/sub tema binatang / jenis, macam-macam binatang.
2)      Pelaksanaan pengenalan sub tema jenis, macam-macam binatang melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE).
3)      Pasca observasi yaitu kegiatan pengamatan akhir terhadap anak taman kanak-kanak terhadap peningkatan minat belajar anak melalui penggunaan alat permainan edukatif(APE).
f.         Teknik Analisis Data
Analisis data dilakuakan oleh peneliti terhadap subyek, yaitu anak Kelompok B pada TK. Sejahterayang diteliti. Adapun kriteria dari analisis tiap evaluasi akan diberi smbol lingkaran penuh (  ) dengan nilai baik, lingkaran setengah (   ) dengan nilai cukup, dan lingkaran kosong (     ) dengan nilai kurang.
     (Riyanto, 1996:23)
Ketarangan :
P = Angka persentase
f = Jumlah anak yang yang mampu mengerjakan tugas
N = Jumlah sampel
Perhitungan persentase tersebut digunakan pada pengolahan data selanjutnya setelah dilaksanakan tindakan
g.        Prosedur Penelitian
1.         Pra Tindakan
Adapun tahap-tahap persiapan dalam melakukan penelitian ini:
1)      Mengadakan observasi dengan pihak sekolah dan teman sejawat yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan penelitian.
2)        Merancang alat evaluasi (pemberian tugas memasang puzzle)
3)        Menganalisis hasil pekerjaan anak setelah diadakan evaluasi.
2.      Pelaksanaan tindakan
Rencana Kegiatan Siklus I
1)        Perencanaan Tindakan
(1)   Refleksi awal sebagai langkah identifikasi permasalahan yang dihadapi anak pemberian tugas penetapan subjek penelitian.
(2)     Merumuskan rencana tindakan meliputi pembelajaran, penyiapan instrument observasi, satuan kegiatan harian (SKH) yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikelas.
2)        Pelaksanaan Tindakan
Peneliti dan guru bersama anak melakukan proses pembelajaran tentang meningkatkan minat belajar anak melalui alat permainan edukatif (APE), pada sub tema jenis, macam-macam binatang.
3)        Observasi/Evaluasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan selama kegiatan pembelajaran.Observasi dilakukan oleh teman sejawat selaku pengamat langsung dan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan berupa alat untuk mengevaluasi setiap pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti, evaluasi ini dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran.Adapun yang mengobservasi adalah guru (peneliti) dan yang diobservasi adalah anak didik Kelompok TK. Harapan Sindangsari.
4)        Refleksi
                        Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap observasi diadakan refleksi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama tindakan berlangsung dengan maksud untuk dijadikan perencanaan pada siklus berikutnya.
Rencana Kegiatan Siklus II
          Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan pada siklus ini, prosedur pelaksanaannya sama dengan prosedur pada siklus I, hanya saja mungkin berbeda dari arah rancangan pemberian tindakan yang disediakan berdasarkan hasil tindakan pada siklus I untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:


1)        Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini perencanaan sama seperti perencanaan siklus I, namun lebih dulu diawali dengan mempelajari hasil refleksi pada siklus I sebagai dasar untuk memberi revisi rancangan (rencana tindakan baru) bagi tindakan yang dianggap kurang pada siklus I.
2)        Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan semua rencana yang telah ditetapkan yakni meningkatkan minat belajar anak melalui alat permainan edukatif (APE).
3)        Observasi/Evaluasi
Format observasi dan pelaksanaannya sama seperti pada siklus I.
4)        Refleksi
Refleksi didasarkan pada hasil observasi siklus II, wawancara dengan subjek peneliti dan hasil pengamatan akhir siklus II untuk kemudian dianalisi.Refleksi yang dilakukan dalam siklus ini, berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan penelitian yang kemudian untuk disampaikan dalam penyusunan laporan akhir penelitian.
h.        Faktor yang Diselidiki 
Untuk mampu menjawab permasalahan, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Faktor Anak    : yaitu melihat minat belajar anak dalam pembelajaran                        dengan menggunakan Alat Permainan Edukati (APE).
2.    Faktor Guru    : Melihat dan memperhatikan guru dalam menyajikan materi pembelajaran serta tehnik yang digunakan guru dalam meningkatkan minat belajar anak.
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat belajar anak melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif di TK. Harapan Sindangsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
Proses pembelajaran ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan.Pada siklus I diadakan selama 1 (satu) kali pertemuan dan penilaian dilakukan dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup serta setiap akhir pertemuan diadakan evaluasi. Demikian halnya dengan penilaian yang dilakukan pada siklus II juga diadakan selama 1 (satu) kali pertemuan dan penilaian dilakukan seperti pada siklus I. Evaluasi penilaian dilakukan dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup serta tetap melakukan penilaian pada saat anak melakukan kegiatan menyusun Alat permainan Edukatif.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
1.      Hasil Penelitian Sebelum Tindakan
22
            Sebelum dilakukan tindakan kelas, terlebih dahulu guru mengamati anak menggunakan Alat Permainan Edukatif pada kegiatan pendahuluan sebelum tindakan pada kegiatan menyusun Puzzle. Kegiatan pra tindakan dilaksanakan pada tanggal mei 2010 dengan jumlah anak yang menjadi subjek penelitian adalah 20 anak.. Adapun hasil pengamatan sebelum tindakan dapat dilihat pada tabel berikut  :
Tabel 4.1.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
5
25

2.
Cukup
6
30

3.
kurang
9
45

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.1 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  5 anak     (25%) yang masuk dalam kategori baik pada aspek penilaian perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 9 anak (45%) yang masuk dalam kategori kurang.
Tabel 4.2.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
6
30

2.
Cukup
7
35

3.
kurang
7
35

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.2 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  6 anak     (30%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.3.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
5
25

2.
Cukup
8
40

3.
kurang
7
35

Jumlah
20
100

                                                     
            Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  5 anak     (25%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle, sebanyak 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
Tabel 4.4.Rekapitulasi Hasil Penilaian Sebelum Tindakan

No

Kategori
Aspek yang diamati

Jmlh

RataRata

%
A
B
C
f
%
f
%
f
%
1.
Baik
5
25
6
30
5
25
16
6
26.66
2.
Cukup
6
30
7
35
8
40
21
7
35
3.
Kurang
9
45
7
35
7
45
23
7
38.34
Jumlah







20
100
Keterangan :
A    =  Penilaian perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle
B    =  Perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle
C    =  Motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle
            Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  6 anak     (26,66%) yang masuk dalam kategori baik mengenai cara memasang puzzle, sedangkan masuk dalam  kategori cukup 7 anak (35%), dan yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 7 anak (38,34%). Dengan demikian persentase yang diperoleh pada pengamatan sebelum tindakan belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yakni minimal 65% anak yang berminat masuk dalam kategori baik dalam memasang puzzle.
            Berdasarkan hasil penilaian sebelum tindakan, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan memasang puzzle minat belajar anak belum diwujudkan secara optimal karena disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :
1)      Kurangnya rasa percaya diri anak
2)      Kemampuan anak memahami konsep benda yang sesuai belum optimal
3)      Perilaku sosial anak yang kurang menghargai hasil karya orang lain
4)      Anak kebanyakkanbermain
2.      Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
Setelah mengetahui kekurangan yang dialami anak dalam memasang puzzle, maka guru melakukan tindakan kelas dengan memperhatikan kekurangan yang ada dengan melakukan pengelolaan untuk meningkatkan minat anak.  Penelitian siklus I dilaksanakan pada mei 2010. Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap peningkatan minat anak dalam belajar melalui Alat Permainan Edukatif (APE).Penelitiana tindakan siklus I dilakukan dalam 1 (satu) kali pertemuan yakni dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 4.5.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada  Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
9
45

2.
Cukup
7
35

3.
kurang
4
20

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  9 anak     (45%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
10
50

2.
Cukup
6
30

3.
kurang
4
20

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas,terdapat  10 anak     (50%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaianaspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.7.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
12
60

2.
Cukup
5
25

3.
kurang
3
15

Jumlah
20
100

                                                     
            Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  12 anak     (60%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle, sebanyak 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori kurang pada penilaian aspek motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Sebelum Tindakan

No

Kategori
Aspek yang diamati

Jmlh

Rata Rata

%
A
B
C
f
%
f
%
f
%
1.
Baik
9
45
10
50
12
60
31
10
51,67
2.
Cukup
7
35
6
30
5
25
18
6
30
3.
Kurang
4
20
4
20
3
15
11
4
18,33
Jumlah







20
100

Keterangan :
A    =  Penilaian perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle
B    =  Perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle
C    =  Motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle
            Berdasarkan tabel 4.8 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  10 anak     (51,67%) yang masuk dalam kategori baik dalam cara  kegiatan memasang puzzle, sedangkan masuk dalam  kategori cukup 6 anak (30%), dan yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 4 anak (18,33%). Dengan demikian persentase yang diperoleh pada penelitian tindakan siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yakni minimal 65% anak yang berminat dan masuk dalam kategori baik dalam menyusun puzzle.
            Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I, dapat diketahui bahwa kekurangan yang dialami pada penelitian siklus I adalah sebagai berikut :
1)      Rasa percaya diri anak masih rendah
2)      Kemampuan berpikir anak belum berkembang secara optimal
3)      Perilaku sosial anak yang kurang menghargai hasil karya orang lain yang berbeda dengan dirinya
4)      Kebanyakan anak Cuma bermain
5)      Anak belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru
                        Selain melakukan observasi aktifitas anak dalam pembelajaran dengan alat permainan edukatif "puzzle", dalam penelitian ini juga dilakukan observasi terhadap aktifitas guru dalam melakukan penggelolaan kelas untuk meningkatkan minat belajar anak yang dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran
No
Aspek yang diamati
Kriteria
1.
Tipe kepemimpinan
a.     Sikap yang dilakukan untuk menciptakan  kondisi yang optimal
b.     Sikap yang dilakukan dalam menghadapi pelanggaran dalam kelas
c.     Usaha guru untuk memahami anak didiknya
Baik
Baik

Cukup

Baik
2.
Pengenalan anak
Baik
3.
Melakukan tindakan torektif terhadap masalah
Cukup
4.
Langkah yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran
Baik
5.
Ketepatan guru dalam mengajar
Cukup
6.
Komunikasi dengan anak didik
Baik
7.
Pengaturan tempat duduk
Baik
8.
Ventilasi dan pengaturan cahaya
Cukup
9.
Pengaturan penyimpanan barang-barang :
a.    Cara mengatur penyimpanan barang-barang
b.    Pemastian barang-barang dan buku-buku untuk kegiatan pembelajaran
c.    Hiasan-hiasan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran
d.   Menyiapkan alat peraga

Baik
Baik

Cukup

Baik
10.
Memotovasi anak dan memberikan penguatan
Cukup
11.
Memberikan pujian dan penghargaan kepada anak didik
Cukup
12.
Keterampilan bercakap-cakap dengan anak didik
Baik
13.
Keterampilanmenggunakan alat peraga
Baik
14.
Volume suara dalam menyampaikan materi pembelajaran
Cukup
15.
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran
Cukup
                                                                                                           
                        Berdasarkan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa hasil observasi guru dalam melakukan pengelolaan kelas guru meningkatkan minat belajar anak saat pembelajaran masih dalam kategori cukup atau dengan persentase penggelolaan kelas, dalam kategori cukup sebesar 65% .melihat kekurangan tersebut, maka peneliti mengubah sistem penggelolaan kelas pada siklus berikutnya.
3.      Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
   Berdasarkan hasil penelitian tindakan silus I, maka dilakukan perbaikan pada siklus II dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada siklus I dalam kegiatan memasang puzzle, maka guru melakukan tindakan kelas dengan memperhatikan kekurangan yang ada, seperti pada tindakan siklus I.  Penelitian siklus II dilaksanakan pada bulan mei 2011. Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap peningkatan minat anak dalam belajar melalui Alat Permainan Edukatif (APE). Penelitiana tindakan siklus I dilakukan dalam 1 (satu) kali pertemuan yakni dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 4.10.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perhatian Anak pada  Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
12
60

2.
Cukup
8
40

3.
kurang
0
0,00

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  12 anak     (60%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam  kategori kurang (0,00 %)  pada penilaian aspek perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Tentang Aspek Perasaan Senang Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
14
70

2.
Cukup
6
30

3.
kurang
0
0,00

Jumlah
20
100


            Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas,terdapat  14 anak     (70%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle, sebanyak 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam kategori kurang (0,00 %) pada penilaian aspek perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle.
Tabel 4.12.Hasil Pengamatan Tentang Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No
Kategori
Frekuensi
%
Keterangan
1.
Baik
18
90

2.
Cukup
2
10

3.
kurang
0
0,00

Jumlah
20
100

                                                     
            Berdasarkan tabel 4.12 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  18 anak     (90%) yang masuk dalam kategori baik pada penilaian aspek motivasi anak dalammenyelesaikan tugas memasang puzzle, sebanyak 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori cukup, dan masuk dalam kategori kurang (0,00 %) pada penilaian aspek motivasi anak dalammenyelesaikan tugas memasang puzzle.
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Penilaian Sebelum Tindakan

No

Kategori
Aspek yang diamati

Jml
Rata Rata

%
A
B
C
f
%
f
%
f
%
1.
Baik
12
60
14
70
18
90
31
15
73,33
2.
Cukup
8
40
6
30
2
10
18
5
26,67
3.
Kurang
0
0,00
0
0,00
0
0,00
11
0
00,00
Jumlah







20
100

Keterangan :
A    =  Penilaian perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle
B    =  Perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle
C    =  Motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle
            Berdasarkan tabel 4.13 diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas, terdapat  15 anak     (73,33%) yang masuk dalam kategori baik dalam kegiatan memasang puzzle, sedangkan masuk dalam  kategori cukup 5anak (26,67%), dan tidak ada anak yang masuk dalam kategori kurang . Dengan demikian persentase yang diperoleh pada penelitian siklus IItelah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yakni minimal 65% , untuk itu minat anak dalam pembelajaran melalui alat permainan edukatif (APE) telah mengalami peningkatan, kerjasam anak sudah baik,rasa percaya diri anak meningkat dan kemampuan berpikir anak berkembang secara optimal, sementara hambatan tidak ditemukan lagi.
            Setelah melakukan observasi terhadap aktifitas belajar anak, juga dilakukan observasi aktifitas guru yang dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14 Hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran
No
Aspek yang diamati
Kriteria
1.
Tipe kepemimpinan
a.     Sikap yang dilakukan untuk menciptakan  kondisi yang optimal
b.     Sikap yang dilakukan dalam menghadapi pelanggaran dalam kelas
c.     Usaha guru untuk memahami anak didiknya

Baik

Baik

Baik
2.
Pengenalan anak
Baik
3.
Melakukan tindakan torektif terhadap masalah
Cukup
4.
Langkah yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran
Baik
5.
Ketepatan guru dalam mengajar
Cukup
6.
Komunikasi dengan anak didik
Baik
7.
Pengaturan tempat duduk
Baik
8.
Ventilasi dan pengaturan cahaya
Cukup
9.
Pengaturan penyimpanan barang-barang :
a.     Cara mengatur penyimpanan barang-barang
b.    Pemastian barang-barang dan buku-buku untuk kegiatan pembelajaran
c.    Hiasan-hiasan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran
d.   Menyiapkan alat peraga

Cukup

Cukup

Baik

Baik
10.
Memotovasi anak dan memberikan penguatan
Cukup
11.
Memberikan pujian dan penghargaan kepada anak didik
Baik
12.
Keterampilan bercakap-cakap dengan anak didik
Baik
13.
Keterampilanmenggunakan alat peraga
Baik
14.
Volume suara dalam menyampaikan materi pembelajaran
Baik
15.
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran
Baik

            Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa hasil observasi guru saat pembelajaran dengan Alat Permainan Edukatif (APE)yaitu memasang puzzle pada siklus II menunjukan adanya peningkatan hamper setiap aspek yang diamati.
b.      Pembahasan
Hasil observasi aktivitas guru dan anak yang diperoleh pada siklus I diketahui masih banyak kekurangan yang terjadi diberbagai aspek pembelajaran.Berdasarkan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I, dilakukan perbaikan pada siklus II dan mampu memperbaiki kekurangan tersebut.Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus II diketahui bahwa telah terjadi peningkatan dan perubahan tingkah laku anak mulai menunjukan minat dalam pembelajaran.
Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan anak belum efektif secara keseluruhan mengenai aspek perhatian anak pada  kegiatan memasang puzzle, perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzle, dan motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle. Hal ini disebabkan karena anak belum terbiasa dalam melakukan kegiatan dengan alat permainan edukatif sehingga minat anak dalam belajar belum optimal dan kemampuan guru dalam menggelola pembelajaran belum maksimal sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada pertemuan kedua.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan melakukan beberapa perubahan dalam pembelajarandengan langkah-langkah sebagai berikut :
-Anak diberikan tugas untuk mengungkapkan minatnya mengenai tugas yang diberikan oleh gurudengan Alat Permainan Edukatif (APE).
-Anak diberi tugas memasang puzzle yang telah dipersiapkan dengan bimbingan dan pengawasan dari guru.
-Guru memotivasi anak agar berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
-Guru menjelaskan dan member penguatan tentang alat permainan edukatif sesuai dengan pembelajaran yang telah di buat guru tersebut.
Dengan demikian tindakan yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan minat belajaranak melalui Alat Permainan Edukatif (APE) dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil penelitian siklus I menunjukan bahwa terdapat 10 anak (51,67%) yang masuk dalam kategori baik dalam kigiatan memasang puzzle, sedangkan yang masuk dalam kategori cukup sebanyak 6 anak (30%) dan yang amsuk dalam kategori kurang 4 anak (18,33%). Dengan demikian,  persentase yang diperoleh pada penilaian tindakan siklus I belum mencapai indikator kinaerja yang ditetapkan yakni minimal 65 %.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus IIyang menunjukan adanya peningkatan yang signifikan, dimana terdapat 15 anak (73,33%) yang masuk dalam kategori baik dalam kegiatan memasang puzzle, sedangkan dang masuk dalam kategori cukup sebanyak 5 anak (26,67%)  dan masuk dalam kategori kurang (0,00%). Dengan demikian, persentase yang diperoleh pada penilaian tindakan silkus II telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yakni minimal 65% minat anak dalam  memasang puzzle yang  masuk dalam kategori baik.
Upaya meningkatkan minat belajar anak melalui penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) yaitu dengan pemberian tugas memasang puzzle perlu mendapatkan motivasi dan kerjasama yang baik dari guru, sehingga anak melakukan sesuatu dengan benar dan pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Tabel 4.15. Deskripsi Penilaian pada Peningkatan Minat Belajar Anak Melalui Alat Permainan Edukatif (APE)

1.        Aspek Perhatian Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No.
Kriteria
Deskripsi
1
B
Jika anak sudah dapat menunjukkan perhatiannya pada kegiatan memasang puzzle dengan sangat baik yang menjadi ukurannya adalah perhatian anak pada kegiatan memasang puzzle.
2
C
Jika anak sudah cukup baik namun belum terlalu sempurna kadang-kadang masih harus diingatkan guru perhatiannya pada kegiatan memasang puzzle.
3
K
Jika anak dalam menunjukkan perhatiannya pada kegiatan memasang puzzle masih selalu diingatkan oleh guru, jadi dalam aspek ini selalu diingatkan oleh guru.


2.        Aspek Perasaan Senang Anak pada Kegiatan Memasang Puzzle
No.
Kriteria
Deskripsi
1
B
Jika anak sudah dapat menunjukkan ekspresi senangnya pada kegiatan memasang puzzle dengan sangat baik yang menjadi ukurannya adalah anak mampu menunjukkan ekspresi senangnya pada kegiatan memasang puzzle.
2
C
Jika anak sudah cukup baik dalam menunjukkan perasaan senangnya pada kegiatan memasang puzzle  namun belum terlalu sempurna kadang-kadang masih harus diingatkan guru.
3
K
Jika  perasaan senang anak pada kegiatan memasang puzzlesama sekali tidak ada, maka pada aspek ini yang menjadi criteria dalam penilaian adalah sama sekali tidak ada perasaan senag anak pada kegiatan memasang puzzle.


3.        Aspek Motivasi Anak dalam Menyelesaikan Tugas Memasang Puzzle
No.
Kriteria
Deskripsi
1
B
Jika anak sudah dapat menunjukkan motivasi dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle  dengan sangat baik yang menjadi ukurannya adalah motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle
2
C
Jika anak sudah cukup baik namun belum terlalu sempurna kadang-kadang masih harus diingatkan/dibimbing guru tentang motivasi anak dalam menyelesaikan tugas memasang puzzle.
3
K
Jika motivasi anak dalam kegiatan memasang puzzle masih selalu diingatkan/dibimbing oleh guru, maka pada aspek ini masih selalu diingatkan/dibimbing oleh guru.



H.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.    Suasana belajar pada proses pembelajaran dalam rangka meningkatakan minat belajar anak TK. Harapan Sindangsari, Kabupaten Ciamis, dapat diketahui bahwa hasil pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II, berdasarkan hasil penelitian siklus II diketahui bahwa terdapat 15 anak atau 73,33% dari jumlah anak yang masuk dalam kategori baik dalam memasang puzzle, sedangkan yang masuk dalam kategori cukup sebanyak 5 anak atau 26,67% dan masuk dalam kategori kurang (0,00 %).
2.    Untuk aktivitas guru dalam rangka meningkatkan minat belajar anak dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dalam upaya guru dalam pembelajaran memasang puzzle seperti menyiapkan alat peraga, memberikan motivasi, membagi kelompok belajar, memberitugas kepada anak, menyuimpulkan hasil pembelajaran, memberi pujian atau penghargaan bagi anak, keterampilan dalam menggunakan alat peraga dan pengolahan waktu.
3.    Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dilakukan perbaikan tindakan, sehingga diperoleh hasil pada siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan hampir setiap aspek yang diamati.

I.       Daftar Pustaka
Ahmad Fauzi  ,2004.  Psikologi Umum.  Bandung  CV. Pustaka Setia cetakan
ke – 2
Biografi Dr. Dorothy Einon . 2006. Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2 – 6 Tahun.jakarta, Erlangga.
Dewa ketut Sukardi.1984 .Bimbingan Belajar di Sekolah – Sekolah. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Departemen pendidikan Jakarta .2004 .Tentang Kurikulum Standar TamanKanak – kanak Raudhatul Atfal.
Eliyawati 2005.Pemilihan dan Penyembangan Sumber Belanja Untuk Anak UsiaDini Depdiknas.
Hurlock.Elizabeth .B. 1993.Perkembangan Anak Jilid 2. Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.
Meyke. 1995.  Bermain dan Permainan. PT Grusindo Jakarta.
Nana sudjana, 1987.Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Balai Pustaka.
Rochiati. 2007. Produser Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sinta R. 2001. Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif.Jakarta Kompas.
Slameto, 2003.Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi.Jakarta Rineka Citra.
Sudono. 2000. Sumber Belajar Dalam Alat Permainan. PT Grusindo Jakarta.
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Anak Usia Dini. Jakarta.
Wardhani.Igak.2007. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

1 komentar: